MY BLOG

INNADINA INDALLAHIL ISLAM ISLAM AGAMA DAMAI

Pages

Selasa, 09 Agustus 2011

MEMBANTAH FITNAH TERHADAP ALQURAN

. Selasa, 09 Agustus 2011

MEMBANTAH FITNAH TERHADAP ALQURAN

oleh Ria Olive Regina pada 24 April 2011 jam 3:55
Jawaban Atas Tuduhan Adanya Kontradiksi Dalam Al-Quran

by PengikutIsabinMaryam » 2010 02 25, 11:07

Al-Qur'an adalah kitab wahyu terakhir yang bersumber kepada satu kepengarangan sehingga tidak mungkin terdapat kontradiksi di dalamnya. Ini berbeda dengan Alkitab/Bible yang terdiri dari 66 kitab dengan bersumber kepada 66 kepengarangan yang berbeda-beda dengan waktu penulisan yang berbeda-beda pula. Lebih jauh, masing-masing dari 66 kitab itu sendiri sudah tidak bisa diidentifikasi lagi keasliannya karena sudah hancur oleh revisi-revisi tekstual selama berabad-abad. Karenanya, sangat mungkin terdapat banyak kontradiksi di dalamnya. Lebih jauh lagi, beberapa bagian bahkan kitab di dalam Bible berisi bahasan yang sama namun ditulis oleh orang-orang yang berbeda-beda, sehingga timbulnya kontradiksi di dalamnya menjadi hal yang tak bisa dibantah.

Berkenaan dengan dugaan kontradiksi di dalam Al-Qur'an oleh orang-orang tertentu yang diduga kuat beragama Kristen,saya menyebut mereka dalam tanggapan singkat di bawah ini sebagai pembual, dan dugaan kontradiksinya kami sebut sebagai Bualan Kristen.

Bualan Kristen 1

Jumlahnya tidak tepat. Qur'an 4:11-12 dan 4:176 menyatakan hukum waris Qur'an. Ketika seorang pria wafat, dan meninggalkan 3 anak perempuan, kedua orang tuanya, dan istrinya, mereka semuanya akan menerima 2/3 untuk ketiga anaknya, 1/3 untuk kedua orangtuanya (keduanya menurut 4:11), dan 1/8 untuk istrinya (4:12) yang kalau dijumlahkan lebih dari harta yang ada. Contoh kedua: seorang pria meninggalkan hanya ibunya, istrinya, dan dua saudarinya, kemudian ibunya menerima 1/3 (4:11), istrinya 1/4 (4:12), dan kedua saudarinya menerima 2/3. Jumlah totalnya 15/12, berarti melebihi harta yang ada.

Jawab:

QS. 4:11 berbicara tentang laki-laki bujang atau duda yang meninggal, sedangkan QS. 4:12 berbicara tentang laki-laki beristri yang meninggal. Meski di kedua ayat tersebut tidak dijelaskan siapa yang meninggal, tetapi bagi orang yang berakal, tentu sangat mudah menafsirkan kedua ayat tersebut secara logis. Hal ini berbeda dengan banyak ayat di dalam Bible yang terkesan irrasional, imaginatif, dan mengada-ada. Tentu saja, hanya orang yang tidak berakal sehat yang mengkontradiksikannya.


Bualan Kristen 2

Berapa malaikat yang berbicara pada Maryam? Ketika Qur'an menceritakan diumumkannya kelahiran Isa pada perawan Maryam, 3:41 dan 45 menyebutkan beberapa malaikat, sedangkan pada 19:17-21 disebutkan hanya satu malaikat.

Jawab:

Baik QS. 3:41-45 maupun QS. 19:17-21 berbicara tentang satu malaikat, yaitu malaikat Jibril yang bergelar Roh Kudus (Ruhul Qudus). Hanya orang bodoh yang mengkontradiksikannya.


Bualan Kristen 3

Ketidakkonsistenan numerik lagi. Apakah harinya Allah sama dengan 1000 tahun manusia (22:47, 32:5), atau 50.000 tahun manusia (70:4)? Berapa taman yang ada di surga - satu (39:73, 41:30, 57:21, 79:41) atau banyak (18:31, 22:23, 35:33,78:32)? Menurut 56:7 akan ada 3 golongan orang pada hari Akhir, namun menurut 90:18-19, 99:6-8, dsb hanya ada 2 golongan. Ada pandangan yang bertentangan mengenai siapakah yang mengambil ruh saat kematian: Malaikat Maut (32:11), Para Malaikat (47:27), atau Allah (39:42)? Malaikat memiliki 2,3, atau 4 pasang sayap (35:1). Tetapi Jibril memiliki 600 sayap.(Sahih Bukhari,Volume 4, Buku 54, Nomor 455).

Jawab:

QS. 22:47 dan QS. 32:5 berbicara tentang lamanya waktu sehari di sisi Allah jika disamakan dengan lamanya waktu di dunia menurut perhitungan manusia (= 1000 tahun), sedangkan QS. 70:4 berbicara tentang waktu tempuh malaikat ketika naik ke langit dalam sehari, apabila ditempuh manusia waktunya 50.000 tahun. QS. 39:73, 41:30, 57:21, dan 79:41 berbicara tentang surga secara umum, sedangkan QS. 18:31, 22:23, 35:33, dan 78:32 berbicara tentang rincian surga-surga (tidak mungkin tiap orang menduduki surga yang sama, ini disesuaikan dengan amal perbuatan yang bersangkutan selama di dunia). QS. 56:7 berbicara tentang 2 golongan umat sesudah Muhammad SAW dan 1 golongan umat sebelum Muhammad SAW, sedangkan QS. 90:18-19 dsb berbicara tentang 2 golongan umat sesudah Muhammad SAW. Baik QS. 32:11, 47:27, dan 39:42 berbicara tentang satu malaikat maut yang ditugasi Allah untuk mencabut nyawa manusia (si pembual menulis "Maut" dengan inisial M, seolah-olah nama malaikat itu adalah Maut, padahal, kata "maut" maksudnya "pencabut nyawa"). QS. 35:1 adalah firman Allah, sedangkan Hadits harus dipahami sebagai penjelasan dari firman Allah. Hadits ada yang shahih, mutawattir, dan dhaif. Tentu saja, hanya orang-orang yang tidak berakal waras yang mengkontradiksikannya.


Bualan Kristen 4

Enam atau delapan hari penciptaan? 7:54, 10:3, 11:7, dan 25:59 jelas-jelas menyatakan Tuhan menciptakan "langit dan bumi" dalam 6 hari. Tetapi prosedur penciptaan dalam 41:9-12 berjumlah delapan hari.

Jawab:

Ada 7 (tujuh) ayat Qur'an yang menegaskan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa yaitu: QS. 7:54, 10:3, 11:7, 25:59, 32:4, 50:38, dan 57:4. Sedangkan QS. 41:9-12 harus dipahami sebagai penjabaran atau uraian dari ketujuh ayat tersebut, sehingga angka-angka uraian ini tidak dapat dijumlah dengan kalkulator, tetapi harus dipahami dengan menggunakan akal yang waras, bahwa QS. 41:9-12 merupakan rincian dari waktu penciptaan: enam masa. Ringkasnya, Allah menciptakan bumi dan segala isinya dalam empat masa dan menciptakan langit dalam dua masa. Lebih lamanya waktu penciptaan bumi dibandingkan dengan langit, oleh karena bumi merupakan pokok bahasan di dunia, dimana manusia berada dan diuji ketaqwaannya.


Bualan Kristen 5

Penciptaan Cepat atau Lambat? Allah menciptakan surga dan bumi dalam 6 hari (7:54) dan bagi Muslim yang ingin modern atau ilmiah, 6 hari berarti 6 eon. Tetapi Tuhan juga mencipta secara instan (2:117), "Kun fayakun!"

Jawab:

Empat, 5, atau 6 hari penciptaan adalah hak prerogatif Allah. Bible juga mencatat bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari (Kejadian 1:1-31), bahkan konon Allah harus beristirahat pada hari ketujuh karena kelelahan (Kejadian 2:1-3). "Kun fa yakun" adalah salah satu perintah Allah dalam menciptakan segala sesuatu, termasuk ketika menciptakan Adam dan Isa (Yesus).


Bualan Kristen 6

Langit atau Bumi? Mana yang diciptakan lebih dulu? 2:29 kontradiktif dengan 79:27-30

Jawab:

Baik QS. 2:29 maupun QS. 79:27-30, keduanya berbicara tentang penciptaan bumi terlebih dahulu sebelum penciptaan langit. Belajarlah menggunakan akal secara sehat. Kata "kamu" dalam QS. 79:27 berarti bumi dimana manusia tinggal.


Bualan Kristen 7

Bersama-sama atau saling terpisah? Dalam proses penciptaan, langit dan bumi pertama-tama terpisah lalu kemudian dipanggil bersama-sama (41:11), sedangkan di 21:30 keduanya berasal dari satu bagian lalu terpisah.

Jawab:

Baik QS. 41:11 maupun QS. 21:30, keduanya berbicara tentang langit dan bumi yang dahulunya merupakan suatu yang padu (asap). Bagaimana si pembual bisa mengkontradiksikannya?


Bualan Kristen 8

Manusia tercipta dari apa? Segumpal darah (96:1-2), air (21.30, 24:45, 25:54), tanah liat kering (15:26), tanah (3:59, 30:20, 35:11), bumi (11:61), setetes mani (16:4, 75:37), atau dari ketiadaan (19:67) yang kemudian disangkal di 52:35?

Jawab:

Allah menjelaskan kepada kita bahwa manusia secara umum diciptakan dari air/H2O, setitik sperma, segumpal darah, segumpal daging, dan seterusnya (al. QS. 23:14). Secara khusus manusia pertama Adam diciptakan dari persenyawaan: tanah keras seperti tembikar/oksigenium dan zat arang/carbonium (QS. 55:14), tanah kering dan lumpur hitam/nitrogenium (QS. 15:28), "thin"/tanah/hidrogenium (QS. 32:7), tanah liat/ferum (QS. 37:11), "turab"/tanah/zat anorganik (QS. 3:59), dan setelah sempurna bentuknya diberikan roh (QS. 15:29). Hawa diciptakan dari bagian tubuh Adam (QS. 4:1). Isa/Yesus diciptakan hanya dengan kalimat "Kun" di dalam rahim Maryam (QS. 3:45,59). Sedangkan QS. 19:67 berbicara tentang penciptaan roh manusia yang mendahului penciptaan fisik manusia (sebagai perbandingan, baca kembali nubuat-nubuat Perjanjian Lama, khususnya mengenai ramalan kedatangan seorang nabi yang seperti Musa [Ulangan 18:18], tentu saja, roh nabi ini sudah ada sebelum fisiknya).


Bualan Kristen 9

Di mana Allah dan 'Arsy-Nya? Allah lebih dekat dari urat leher (50:16), tetapi Dia juga di atas 'Arsy / Singgasana (57:4) yang berada di atas air (11:7), dan pada saat yang sama Dia pun sangat jauh sampai-sampai perlu 1.000 dan 50.000 tahun untuk mencapai-Nya (32:5, 70:4).
Jawab:

Allah adalah Raja Yang Mahakuasa, Mahadekat, dan Maha Mengetahui atas segala sesuatu sekecil apapun. Dan Allah berada dimana saja yang Dia kehendaki (baca QS. 57:4 sampai tuntas). Sedangkan manusia adalah makhluk ciptaan-Nya. 50.000 tahun adalah waktu tempuh manusia dalam mencapai Allah, yang menunjukkan kemustahilan manusia dapat mencapai Allah tanpa seizin-Nya.


Bualan Kristen 10

Apakah asal muasal bencana? Apakah bencana dalam hidup kita berasal dari Setan (38:41), diri sendiri (4:79), atau Allah (4:78)

Jawab:

Jelas sekali, semuanya datang dari sisi Allah (QS. 4:78), baik bencana itu disebabkan oleh jin/setan (misal: santet/teluh), kesalahan diri sendiri (misal: kecelakaan/banjir/wabah penyakit), atau dibunuh orang lain (misal: pembunuhan dalam peperangan), pada hakikatnya semuanya atas kehendak Allah karena semua manusia pasti dikembalikan kepada-Nya untuk dimintai pertanggungjawabannya (Rukun Iman ke-6: Qadha & Qadar). Adapun QS. 4:79 adalah kata-kata Allah kepada Nabi Muhammad SAW secara khusus sebagai pribadi, bukan ditujukan kepada semua manusia, meski hakikatnya mungkin untuk semua manusia.


Bualan Kristen 11

Seberapa Pengasihnyakah Allah? Dia menetapkan kasih sayang atas diri-Nya (6:12), tetapi Dia tidak memberi petunjuk orang-orang tertentu meski Dia bisa (6:35, 14:4).

Jawab:

Allah adalah Mahakuasa dan Maha Berkehendak. Kita semua adalah makhluk-Nya, mau diapain kita, terserah Allah, yang terpenting adalah bahwa kita diwajibkan untuk hanya beribadah kepada-Nya.


Bualan Kristen 12

Apakah ada pertanyaan di Surga? "..tidak ada pula mereka saling bertanya" (23:101) tetapi mereka akan "menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya menanya" (52:25), "..sebahagian yang lain berbantah-bantahan" (37:27).

Jawab:

QS. 23:101 berbicara tentang situasi ketika manusia semuanya dibangkitkan kembali dari kematian di dunia untuk dimintai pertanggungjawaban (setelah kiamat) dengan ditandai ditiupnya sangkakala, sedangkan QS. 52:25 berbicara tentang keadaan manusia ketika di surga, dan QS. 37:27 berbicara tentang keadaan manusia ketika di neraka.


Bualan Kristen 13

Apakah malaikat itu pelindung? "Tiada bagimu selain Allah seorang pelindung.." (2:107, 29:22). Tapi di 41:31 malaikat berkata "Kamilah Pelindung-Pelindungmu..". Dan juga dalam surat lain malaikat menjaga (13:11, 50:17-18) dan mengawasi (82:10)

Jawab:

Secara konteks tekstual, yang berkata dalam QS. 41:31 adalah Allah, bukan malaikat. Sedangkan QS. 13:11; 50:17-18; dan 82:10 berbicara tentang malaikat-malaikat yang bertugas mencatat amal baik-buruk manusia ketika di dunia. Belajarlah memahami tatabahasa dengan baik.


Bualan Kristen 14

Apakah semuanya tunduk dan taat pada Allah? Hal ini disebut di 30:26, tetapi banyak ayat berbicara mengenai kebanggaan Setan yang tidak patuh pada Allah (7:11, 15:28-31, 17:61, 20:116, 38:71-74, 18:50), juga banyaknya manusia yang menolak perintah-Nya dan firman-Nya.

Jawab:

QS. 30:26 berbicara tentang ajaran Tauhid, bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali hanya Allah semata. Semua yang ada di dunia ini adalah makhluk ciptaan-Nya. Karenanya, kita wajib hanya tunduk patuh kepada-Nya.


Bualan Kristen 15

Apakah Allah mengampuni syirik? Syirik termasuk sebagai dosa yang paling buruk, namun penulis Qur'an nampaknya tidak mampu memutuskan apakah Allah akan mengampuni dosa tersebut (4:153, 25:68-71) atau tidak (4:48, 116). Ibrahim melakukan dosa syirik saat dia menyembah bulan, matahari, dan bintang sebagai tuhannya (6:76-78) tetapi orang Muslim percaya bahwa nabi-nabi tidak berdosa.

Jawab:

Orang-orang musyrik seperti Hindu, Budha, Kristen, dan lain-lain, tidak akan diampuni dosanya, kecuali mereka bertaubat secara total dan kembali ke agama yang lurus (Islam). Demikian juga dengan orang-orang yang mengaku muslim yang melakukan perbuatan syrik, mereka wajib melakukan taubatan nasuha. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Bualan Kristen 16

Kejadian penyembahan anak sapi: Bani Israil bertobat dari dosa menyembah anak sapi emas SEBELUM Musa kembali dari gunung (7:149), tetapi mereka juga menolak bertobat dan malah melanjutkan menyembah anak sapi hingga Musa kembali (20:91). Apakah Harus turut bersalah (20:92, 7:151) atau tidak (20:85-90)?

Jawab:

Pertanyaannya tidak jelas. Baca baik-baik terjemahan QS. 20:85 Allah berfirman: "Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu (Musa) sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri (seorang Bani Israel dari suku Assamirah). Dan terjemahan QS. 20:90 Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan ta'atilah perintahku".


Bualan Kristen 17

Apakah Yunus dilempar ke daerah tandus atau tidak? "Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit" (37:145), atau "Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat ni'mat dari Tuhannya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadan tercela" (68:49)

Jawab:

Yunus dilemparkan oleh Allah ke daerah yang tandus (QS. 37:45). Pertanyaan ini juga tidak jelas. Pastinya si pembual tidak mampu berbahasa dengan baik.


Bualan Kristen 18

Musa dan Injil? Isa lahir 1.000 tahun setelah Musa, tetapi dalam 7:157 Allah berfirman pada Musa mengenai apa yang tertulis dalam Injil, yaitu Kitab yang diturunkan pada Isa.

Jawab:

Pastinya si pembual sedang mengada-adakan bualannya. QS. 7:157 berbicara tentang Nabi yang ummi (Muhammad SAW), bukan Musa.


Bualan Kristen 19

Dapatkah seseorang yang menuduh wanita baik-baik berzina dapat diampuni (24:5) atau tidak (24:23)?

Jawab:

QS. 24:5 berbicara tentang orang-orang yang menuduh wanita baik-baik (berbuat zinah) yang memohon ampun kepada Allah. Sedangkan QS. 24:23 berbicara tentang siksaan Allah kepada orang-orang yang menuduh wanita baik-baik (berbuat zinah) yang tidak memohon ampun kepada Allah.


Bualan Kristen 20

Bagaimana kita menerima kitab catatan amal kita pada hari Pembalasan? Pada hari Pembalasan, orang yang celaka akan diberikan Kitab catatan amal: dari belakang (84:10), atau pada tangan kiri mereka (69:25)?

Jawab:

Orang-orang celaka pada hari kiamat nanti akan menerima catatan amalnya dari arah belakang dan mereka terima pada tangan kiri mereka, sedangkan orang-oang beruntung akan menerima catatan amalnya dari arah depan dan pada tangan kanan mereka.


Bualan Kristen 21

Dapatkah malaikat menjadi tidak patuh? Tidak ada malaikat yang tidak patuh, semuanya mematuhi Allah (16:49-50), tetapi "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah MEREKA, KECUALI Iblis: ia enggan dan takabur..." (2:34) (artikel asli - English)

Jawab:

Pertanyaannya tidak jelas. Semua malaikat tunduk kepada perintah Allah. Iblis bukan malaikat.


Bualan Kristen 22

Tiga kontradiksi dalam 2:97 dan 16:101-103. Siapa yang membawa wahyu Allah pada Muhammad? Malaikat Jibril (2:97), atau Ruhul Qudus (16:102)? Membenarkan kitab-kitab sebelumnya (2:97) atau menggantikannya (16:101)? Qur'an dalam bahasa Arab yang terang (16:103), tetapi di dalamnya banyak kata-kata asing, non Arab, di dalamnya.

Jawab:

Malaikat Jibril/Gabriel mendapat gelar Roh Kudus (QS. 16:102) atau Roh al-Amin/Roh Kebenaran (QS. 26:192-193). Al-Quran membenarkan adanya kitab-kitab wahyu sebelumnya, seperti Taurat, Zabur, dan Injil, dan Al-Quran merupakan wahyu progressif puncak yang me-nasakh aturan-aturan hukum Islam yang diterapkan oleh para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. Dengan diturunkannya Al-Quran, maka kitab-kitab wahyu terdahulu menjadi tidak berlaku lagi (untuk perhatian, Alkitab/Bible bukanlah Taurat dan Injil, meski di dalamnya memuat serpihan-serpihan dari kedua kitab wahyu tersebut). Kata-kata asing kalau sudah diadopsi, bukanlah asing lagi.


Bualan Kristen 23

Pernyataan :"...Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam...dengan bahasa Arab yang jelas. Dan sesungguhnya Qur'an itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-kitab orang yang dahulu." Nah, "Kitab-kitab orang yang dahulu" adalah Taurat dan Injil, contohnya, dituliskan dalam bahasa Ibrani dan Latin. Bagaimana mungkin Al Qur'an yang berbahasa Arab tersebut di dalam buku dengan bahasa yang lain? Lebih jauh lagi, di dalam Taurat dan Injil harus ada pernyataan ini secara persis karena Qur'an tersebut dalam Kitab-kitab orang yang dahulu. Karenanya, tidak masuk akal.

Jawab:

Sayangnya, Allah tidak pernah menjamin kelanggengan Taurat dan Injil, hingga kita sulit membuktikannya. Sekali lagi, Alkitab/Bible bukanlah Taurat dan Injil, meski di dalamnya memuat serpihan-serpihan dari kedua kitab wahyu tersebut. Namun demikian, serpihan-serpihan tersebut masih dapat diidentifikasi dalam Kitab Ulangan 33:2 dan Habakuk 3:3, yaitu tentang sinar/cahaya (Al-Quran) dari pegunungan Paran (Mekah).


Bualan Kristen 24

"Seorang perempuan tua" dan karakter Tuhan dalam kisah Luth: "Lalu Kami selamatkan ia beserta keluarganya semua, kecuali seorang perempuan tua, yang termasuk dalam golongan yang tinggal" (Sura 26:170-171). Dan lagi, "Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya, kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal" (Sura 7:83). Entah ini sebuah kontradiksi, atau istri Luth disindir dengan perkataan "perempuan tua", dan karenanya tidak menunjukkan hormat kepadanya sebagai istri seorang Nabi.

Jawab:

Perempuan tua tersebut adalah isteri dari Nabi Luth AS. Di sinilah letak keindahan gaya bahasa Al-Quran, yang tentu saja hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang berakal sehat.


Bualan Kristen 25

Masalah lagi dengan kisah Luth: "Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: Usirlah mereka (Luth dan pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri" (7:82 & 27:56). Tetapi; "Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar" (29:29). Jelas bahwa kedua jawaban ini berbeda.

Jawab:

Kedua jawaban tersebut berbeda karena diucapkan pada saat yang berbeda dengan pertanyaan yang berbeda pula.


Bualan Kristen 26

"Kesukaan" Allah? Apakah tindakan Tuhan yang menghukum dan mengampuni, lalu menuntun dan menyesatkan, adalah tindakan yang plin-plan?

Jawab:

Jika Allah menghendaki, niscaya manusia dan jin beriman semuanya kepada Allah (QS. 5:48 dan QS. 10:99-100). Itulah kehendak Allah, dan Allah Maha Berkehendak.


Bualan Kristen 27

Apakah Ibrahim menghancurkan berhala? Tindakan Ibrahim dalam 19:41-49, 6:74-83 berbeda sedikit dari 21:51-59. Dalam Surat 21 Ibrahim menentang sukunya secara kuat bahkan menghancurkan berhala. Dalam Surat 19 Ibrahim menjauhkan diri setelah ayahnya mengancam akan merajamnya karena berbicara menentang berhala.

Jawab:

Kedua tindakan Ibrahim tersebut berbeda karena dilakukan pada saat yang berbeda dengan pertanyaan yang berbeda, dan di hadapan orang yang berbeda pula (QS. 19:41-49 di hadapan bapaknya, sedangkan QS. 21:51-59 di hadapan bapak dan kaumnya).


Bualan Kristen 28

Bagaimana dengan anak Nuh? Menurut 21:76, Nuh dan keluarganya selamat dari air bah, begitupula disebutkan juga oleh 37:77. Tetapi dalam 11:42-43 disebutkan bahwa anak Nuh tenggelam.

Jawab:

Nama anak Nuh yang kafir dan ditenggelamkan oleh Allah adalah Qanaan, sedangkan nama anak-anak Nuh yang beriman dan diselamatkan oleh Allah adalah Sam, Ham, dan Jaffits. Ketiga anak inilah yang meneruskan keturunan Nuh (QS. 37:77). Hanya dengan pemahaman yang sempit, kedua ayat tersebut terlihat seolah-olah saling kontradiktif.


Bualan Kristen 29

Apakah Nuh diusir? "Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: Dia seorang gila dan dia sudah pernah diusir" (54:9). Apabila ia diusir (dari negerinya), bagaimana mungkin mereka menghina Nuh saat ia membangun bahtera seperti tertulis "Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya." (11:38). Tidak mungkin Nuh diusir tetapi orang-orang dari negerinya bisa melewati bahteranya.

Jawab:

Pertanyaannya tidak jelas. Nuh bukan diusir, tetapi diberi ancaman. Kalaupun Nuh pernah diusir, apakah ini berarti Nuh tidak bisa kembali? Nyatanya Nuh membuat bahtera dan mendapat ejekan, berarti Nuh mampu kembali ke kaumnya meski ia pernah diusir.


Bualan Kristen 30

Fir'aun bertobat saat hampir tenggelam? Menurut 10:90-92, Fir'aun bertobat saat hampir tenggelam lalu terselamatkan. Tetapi di 4:18 tertulis bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. (artikel asli - English)

Jawab:

Yang diselamatkan Allah adalah badan fisik (jasad) Fir'aun yang sudah mati (QS. 10:92) sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berfikir yang datang sesudah masa Fir'aun. Kini jasadnya dapat dilihat langsung di museum Mesir kapan saja anda sempat ke sana.


Bualan Kristen 31

"Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah-robah kalimat-kalimat-Nya" (6:115). Lihat juga 6:34 dan 10:65. Tetapi Allah (Muhammad?) melihat bahwa perlu untuk mengubah beberapa ayat dengan "yang lebih baik" (2:106,16:101).

Jawab:

Al-Qur'an adalah kitab wahyu progressif puncak yang me-nasakh/mengganti/memodifikasi kitab-kitab wahyu sebelumnya seperti Taurat, Zabur, dan Injil. Setelah diturunkannya Al-Qur'an, maka kitab-kitab wahyu sebelumnya menjadi tidak berlaku lagi. Di samping itu, Allah SWT hanya menjamin kesucian terhadap kitab wahyu Al-Quran saja. Secara khusus QS. 5:90-91 me-nasakh QS. 4:43 (tentang haramnya meminum khamar), dan QS. 24:2 me-nasakh QS. 4:15 (tentang hukuman bagi pezina perempuan). Kedua nasakh di dalam Al-Qur'an ini tetap dibiarkan apa adanya sesuai wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril/Roh Kudus/Roh Kebenaran.


Bualan Kristen 32

"Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran" (10:35). Tetapi "Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki" (14:4). Bagaimana kita tahu apa yang Allah suka? Bagaiman kita yakin bahwa seorang Muslim termasuk yang diberi petunjuk dan bukan yang disesatkan?

Jawab:

Tidak ada manusia yang mengetahui secara persis keinginan Allah sang Pencipta. Manusia adalah makhluk yang diberi ilmu hanya sedikit (QS. 17:85). Seorang muslim pastilah seorang yang diberi petunjuk oleh Allah, namun demikian, ia diberi cobaan-cobaan oleh Allah dalam hidupnya, apakah ia mampu melaluinya ataukah ia malah tersesat olehnya.


Bualan Kristen 33

Apakah hukuman zinah? Dera 100 kali untuk pria dan wanita (24:2), kurungan dalam rumah hingga wafat untuk wanita (4:15)? Untuk pria "jika mereka bertobat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka: (4:16). 24:2 kontradiktif dengan prosedur mengenai pria dan wanita di surat 4. Dan mengapa hukuman untuk wanita dan pria sama pada surat 24 tapi berbeda pada surat 4?

Jawab:

Baca kembali Bualan Kristen 31 di atas tentang nasakh di dalam Al-Qur'an, bahwa QS. 24:2 me-nasakh QS. 4:15 (tentang hukuman bagi pezina perempuan). Nasakh di dalam Al-Qur'an ini tetap dibiarkan apa adanya sesuai wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril/Roh Kudus/Roh Kebenaran.


Bualan Kristen 34

Apakah orang-orang Kristen masuk surga (2:62 dan 5:69) atau neraka (3:85)

Jawab:

Orang-orang Kristen PASTI masuk neraka (QS. 98:6), dan siapa saja yang tidak beragama Islam PASTI masuk neraka (QS. 3:85). Sedangkan QS. 2:62 dan QS. 5:69 harus dipahami bahwa siapa saja yang benar-benar menjalankan agama Islam PASTI masuk surga (catatan: beriman kepada Allah berarti juga beriman kepada Nabi Muhammad SAW, dan beramal saleh berarti juga menjalankan sholat, puasa, dan lain-lain).


Bualan Kristen 35

Tuhan sendiri atau manusia juga? Jelas atau sulit dimengerti? Quran adalah "bahasa Arab yang jelas" (16:103). Tapi "tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah" (3:7). Tetapi, "Dan tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal"(3:7).

Jawab:

Sudah barang tentu kalau Al-Qur'an itu diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas, namun di dalamnya terdapat ayat-ayat "muhkamaat" (mudah dimengerti oleh siapapun) dan ayat-ayat "mu-tasyabihaat" (sukar dimengerti oleh orang-orang yang tidak berakal). Ta'wil yang dimaksud dalam QS. 3:7 adalah terhadap ayat-ayat mutasyabihaat (termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain). Mohon dibaca ayatnya secara lengkap. Tentu saja hanya orang-orang berakal yang bisa memahami kandungan Al-Qur'an.


Bualan Kristen 36

Apakah Fir'aun tenggelam (28:40, 17:103, 43:55) atau terselamatkan (10:92) saat mengejar Musa dan Bani Israil? (artikel asli - English)

Jawab:

Baca kembali Bualan Kristen 30 di atas. Fir'aun memang tenggelam (QS. 17:103; 43:55). Yang diselamatkan Allah adalah badan fisik (jasad) Fir'aun yang sudah mati (QS. 10:92) sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berfikir yang datang sesudah masa Fir'aun. Kini jasadnya dapat dilihat langsung di museum Mesir kapan saja anda sempat ke sana.


Bualan Kristen 37

Kapankan Fir'aun memerintahakan pembunuhan anak-anak laki-laki? Saat Musa sudah menjadi Nabi dan mengatakan kebenaran pada Fir'aun (40:23-25) atau saat Musa bayi (20:38-39)? (artikel asli - English)

Jawab:

Terlalu jelas, pembunuhan anak-anak bayi laki-laki di masa Fir'aun dilakukan pada saat sebelum/menjelang dan sesudah Musa dilahirkan. Sedangkan QS. 40:25 berisi ancaman kosong orang-orang kafir. Berikut kutipan lengkap ayatnya: "Maka tatkala Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: 'Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka'. Dan tipu daya orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia belaka" (QS. 40:25).


Bualan Kristen 38

Kapan dan bagaimana takdir ditentukan? "Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan" (97:3,4). "Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah" (44:3). Untuk Muslim, "Lailatul Qadr" adalah malam yang diberkati, di mana takdir ditetapkan dan seluruh yang berhubungan dengan hidup, mati, dsb, yang muncul sepanjang tahun dititahkan. Dikatakan pada malam itu titah Allah untuk tahun tersebut dibawa turun ke bumi. Dengan kata lain, urusan penciptaan dititahkan setahun sekali. Berlawanan dengan ini, 57:22 mengatakan "Tidak ada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab sebelum Kami menciptakannya". Artinya, hal ini tertulis dalam Kitab yang terjaga, baku dengan sepengetahuan Allah sebelum siapapun tercipta. Kedua hal di atas bertentangan dengan "Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya pada lehernya" (17:13) yang berarti manusia sendirilah yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi padanya.

Jawab:

Allah SWT adalah Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Sebelum dunia ini ada, Allah sudah tahu kapan si Fulan lahir, tinggal, dan mati. Di mana ia harus ditempatkan di akhirat nanti, di surga atau neraka, Allah sudah tahu. Inilah hakikat dari rukun iman ke-6: Qadha & Qadar. "Lailatul Qadar" atau "Malam Kemuliaan" adalah hadiah istimewa dari Allah bagi orang-orang muslim/mukmin umat Nabi Muhammad SAW yang umurnya relatif pendek-pendek. "Lailatul Qadar" lebih baik dari 1.000 bulan, yang berarti sekitar 83 tahun. Jika seorang muslim mendapatkan "Lailatul Qadar" sebanyak 20 kali selama hidupnya, ditambah usianya 60 tahun, maka ia telah mendapat amal ibadah sama dengan beribadah kepada Allah selama kira-kira 1.700 tahun. Jelas, angka ini jauh melebihi angka umur umat-umat sebelum Nabi Muhammad SAW yang relatif panjang-panjang. Bible mencatat, umur Adam 930 tahun (Kejadian 5:5) dan umur Nuh 950 tahun (Kejadian 9:29). Di sinilah keistimewaan umat Muhammad dibandingkan dengan umat-umat Islam sebelumnya.


Bualan Kristen 39

Anggur: Baik atau buruk? Minuman keras yang merupakan perbuatan setan (5:90, 2:219). Tetapi di Surga terdapat sungai anggur (47:15, 83:22,25). Bagaimana mungkin perbuatan setan masuk ke Surga?

Jawab:

Meminum khamar, berzinah, dan meninggalkan sholat jelas diharamkan di dunia, tetapi semuanya itu dihalalkan di surga, oleh karena kehidupan di surga tidak mengenal halal, haram, makruh, wajib, dan sunah. Atau mungkin si pembual sudah mulai kehabisan bahan?


Bualan Kristen 40

Apakah semua Muslim masuk neraka? Menurut 19:71 setiap Muslim akan masuk neraka untuk sementara waktu, sedangkan dalam ayat lain dinyatakan barangsiapa yang meninggal dalam Jihad akan langsung masuk Surga.

Jawab:

Ayat lain yang mana? Gak bosan membual? Pernyataan yang mengatakan bahwa para syuhada akan langsung masuk surga adalah pendapat manusia, bukan ayat/firman Allah!


Bualan Kristen 41

Akankah Isa masuk neraka? Isa diangkat kepada Allah (Sura 4:158), didekatkan kepada Allah (3:45). Tetapi Isa disembah jutaan orang Kristen. Allah berkata dalam 21:98, siapapun yang menyembah kepada selain Allah akan masuk neraka bersama apa yang disembahnya.

Jawab:

Seluruh Rasul Allah PASTI masuk surga, termasuk Nabi Isa AS. Apakah umat Kristen menyembah Isa? Umat Kristen tidak pernah menyembah siapapun! Menyanyi dan berdoa di gereja sama sekali bukan kegiatan menyembah! QS. 21:98 berbicara tentang sesembahan yang nyata seperti: patung, pohon, dan benda-benda yang dituhankan lainnya. Mohon dibaca ayat selanjutnya: "Andaikata berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya." (QS. 21:99).


Bualan Kristen 42

Jin dan manusia diciptakan untuk melayani Tuhan (51:56) atau untuk masuk neraka (7:179).

Jawab:

Jin dan manusia dalam QS. 51:56 bukan untuk melayani Allah, tetapi untuk menyembah (beribadah) kepada Allah. Adapun QS. 7:179 dapat diterjemahkan sebagai berikut: "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka (misal: Kristen) mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai."


Bualan Kristen 43

Siapakah ayah Isa? Sebuah argumen yang sulit untuk disimpulkan dalam satu kalimat.

Jawab:

Adam, Hawa, dan Isa (Yesus) adalah tiga manusia yang tidak mempunyai ayah!


Bualan Kristen 44

Memperanakkan dan mandiri. Sebuah pertentangan terhadap diri sendiri.

Jawab:

Pertanyaannya tidak jelas.


Bualan Kristen 45

Allah dapat memiliki anak (39:4) atau tidak (6:101)

Jawab:

Perumpamaan oleh Allah dalam QS. 39:4 bukanlah Allah memiliki anak, tetapi mengambil anak, karena Allah tidak punya istri (QS. 6:101).


Bualan Kristen 46

Apakah Isa sudah wafat? Semua nabi dan rasul sebelum Muhammad telah wafat (3:144). Tetapi Isa diangkat kepada Tuhan hidup-hidup (4:158)

Jawab:

QS. 3:144 sama sekali tidak menyatakan bahwa semua nabi dan rasul sebelum Muhammad telah wafat. Mungkin si pembual salah baca. Perlu diketahui, QS. 4:158 termasuk golongan ayat "mu-tasyaabihaat". Sebagian ulama berpendapat bahwa Isa telah diwafatkan sebelum diangkat ke langit, dasarnya adalah tafsir dari QS. 19:33. Sedangkan sebagian lainnya berpendapat bahwa Isa masih hidup, dasarnya adalah tafsir dari QS. 4:158 dan Hadits Riwayat Bukhari yang menyatakan bahwa Almasih putra Maryam akan turun mendekati hari kiamat. Golongan ulama pertama berpendapat bahwa Hadits tersebut adalah dhaif karena diduga kuat dibuat oleh golongan ahli kitab dan dilatarbelakangi oleh pernyataan dalam kitab-kitab injil sinoptik, yaitu: Markus 13:26, Matius 24:30, dan Lukas 21:27.


Bualan Kristen 47

Satu pencipta atau banyak? Qur'an menggunakan frase bahwa Allah adalah "Pencipta yang paling baik" (23:14, 37:125), berarti ada pencipta lain yang kurang baik. Siapakah pencipta yang lain itu? Bertentangan dengan itu, banyak ayat menyatakan bahwa Allah sendirilah "pencipta segala" (contoh 39:62) di mana tertutup kemungkinan adanya pencipta lain.

Jawab:

Allah adalah Maha Pencipta atas segala sesuatu. Yang dimaksud dengan "Allah adalah Pencipta yang paling baik" tentu saja jika dibandingkan dengan jin dan manusia. Berikut kutipan lengkap ayatnya: "Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS. 23:14).


Bualan Kristen 48

Dari tiap-tiap umat, atau turunan Ibrahim? 29:27 menyatakan bahwa nabi-nabi lahir dari turunan Ibrahilm. Tetapi 16:36 menyatakan bahwa Allah mengutus rasul pada tiap-tiap umat.

Jawab:

QS. 29:27 sama sekali tidak menyatakan bahwa seluruh nabi-nabi lahir dari turunan Ibrahim. Lima nabi/rasul berikut justru lahir sebelum Ibrahim, yaitu: Adam, Idris, Nuh, Hud, dan Salih. Nabi Luth juga bukan keturunan Ibrahim, meski waktu pengutusannya hampir bersamaan dengan Ibrahim. Dan banyak nabi/rasul yang namanya/kisahnya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an (QS. 4:164-165).


Bualan Kristen 49

Menikahi istri-istri dari anak angkat lelaki? Muslim boleh menikahi istri-istri dari anak angkat lelaki (33:37), tetapi mengangkat anak lelaki terlarang (33:4-5).

Jawab:

Menikahi para mantan istri dari anak-anak angkat adalah halal (QS. 33:37). Tampaknya si pembual salah baca ayat lagi. Yang dilarang dalam QS. 33:4-5 adalah menjadikan anak angkat sebagai anak kandung sendiri. Tidak ada larangan mengangkat anak!




"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan merupakan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (QS. 5:48)

"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya." (QS. 10:99-100)
ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN :


0 komentar:

:X ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Ada Apa dengan (Cinta) Jilbab?

Ada Apa dengan (Cinta) Jilbab?,


Sungguh Islam ini diturunkan bukan untuk menyusahkan manusia, tetapi semata-mata untuk rahmat sekalian alam, rahmatan lil ‘alamiin. “Maa anzalna alaykal qur’aana li tasqaa” (Sungguh Kami turunkan Al-Qur’an tidak untuk menyusahkanmu). Jadi, apapun yang diwahyukan Allah ke manusia adalah semata-mata untuk maslahat manusia juga.

Fenomena (mencintai) jilbab beberapa dekade terakhir menjadi suatu fenomena yang sangat menarik. Adanya kesadaran di antara muslimah untuk mengenakan jilbab dianggap sebagai suatu kekuatan akan kebangkitan intelektualitas seorang muslimah karena adanya suatu kebutuhan spiritual dari diri pribadi muslimah. Hal ini sangat berbeda dengan beberapa puluh tahun yang lalu, yang masih menganggap jilbab adalah kuno atau tidak modern dan lain sebagainya. Di sisi lain masih adanya penolakan penggunaan jilbab dari umat muslim sendiri.

Ada beberapa alasan kenapa banyak dari muslimah yang ramai-ramai mengenakan jilbab, diantaranya adalah:

1. Ingin Mempercantik Diri

Wanita biasanya akan senang apabila ia dikatakan cantik, meski mungkin hal ini tidak diucapkannya di bibir bahwa ia suka dikatakan cantik. Hal ini adalah sunnatullah, karena Allah menciptakan wanita dengan kecenderungan “menarik hati” laki-laki dengan kecantikannya. Rasulullah pernah memerintahkan seorang sahabat untuk melihat mata seorang wanita anshar sebelum ia meminangya, karena kata Rasulullah di dalam mata seorang wanita anshar itu terdapat sesuatu yang membuat seorang laki-laki mempunyai kecenderungan untuk membulatkan tekad meminangnya.

Banyak di antara muslimah yang mengenakan jilbab karena ia merasa cantik kalau mengenakan jilbab. Keindahan dan kecantikan adalah sunnatullah, Allah menciptakan sekuntum bunga dengan keindahan, Allah menciptakan hamparan gunung dengan keindahan, Allah menciptakan dunia dan isinya dengan penuh keindahan, begitu pula Allah menciptakan wanita dengan penuh keindahan. Jadi, untuk tahap awal mungkin tidak apalah jika niat memakai jilbab adalah demikian.

Alasan mengenakan jilbab di kalangan muslimah karena ia merasa cantik apabila mengenakan jilbab adalah alasan yang wajar. Apalagi sekarang ini banyak sekali jilbab yang cantik dengan mode yang masih dianggap syar’i. Dari kacamata laki-laki, memang apabila seorang wanita mengenakan jilbab ia akan terlihat lebih anggun, cantik, dan yang lebih penting lagi ia terlihat lebih berwibawa dan menyejukkan di matanya dari pandangan syetan. Karena sungguh Allah memerintahkan kita untuk menjaga pandangan (QS. 34 : 21).

2. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Alasan kedua kenapa seorang wanita berjilbab adalah aktualisasi diri dari wanita. Perspektif diri bahwa ia akan diakui oleh komunitasnya adalah dengan cara mengikuti apa yang menjadi “kelaziman” di antara komunitasnya. Sebagai contoh, orang yang bekerja di lingkungan berjilbab, maka ia akan “memaksakan” dirinya untuk ikut berjilbab. Dan dengan berjilbab identitas keislaman seorang muslimah dapat diketahui. Alasan yang kedua ini tidaklah disalahkan, tetapi dalam suatu skala kadar “kepatutan” alasan yang masih rendah. Namun demikian dengan seiring berjalannya waktu ia akan menyesuaikan dengan sendirinya. Sebagaimana dulu ketika Rasulullah dari Madinah kembali ke Mekkah dimana ketika itu kekuatan pasukan Rasulullah tidak mungkin tertandingi oleh pasukan Quraisy Mekkah. Maka dengan “terpaksa” Abu Sofyan dan penduduk Mekkah lainnya berbondong-bondong memeluk Islam. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu penduduk Mekkah menjadi sadar bahwa Islam adalah ajaran yang benar.

3. Kebutuhan Menjaga Diri

Sebagaimana Allah wahyukan di Surat Al-Ahzab, bahwa tujuan mengenakan jilbab adalah untuk penjagaan diri. “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mu’min : “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 33 : 59).

Fakta membuktikan, bahwa dengan perempuan memakai jilbab, tangan-tangan jahil laki-laki atau niat jahat laki-laki yang lain dapat diminimalisir dengan mengenakan jilbab. Banyak laki-laki jahil yang mengurungkan niat jahatnya jika “calon korbannya” adalah seorang perempuan berjilbab. Dan laki-laki lebih terjaga pandangannya dengan wanita yang mengenakan jilbab.

4. Menerima dan Melaksanakan Apa Adanya Perintah Allah

Alasan yang keempat adalah seorang muslimah mengenakan jilbab karena ia melihat bahwa apa yang diperintahkan oleh Allah adalah harus dilaksanakan tanpa kecuali. Alasan ini timbul karena semata-mata muslimah lebih melihat bukan suatu kepatutan apabila apa yang diperintahkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an tidak dilaksanakannya. Mereka berpedoman “ud ‘uni fi islimi kaafaah” (Masuklah engkau ke dalam Islam secara keseluruhan). Jadi tidak ada yang perlu dibantah apa yang ada di dalam Al-Qur’an.

Seorang muslim sejati ia akan berkata, “sami’na wa atha’naa” (Kami dengar dan kami laksanakan), tidak akan pernah ada di dalam dirinya “sami’na wa ashaynaa” (Kami dengar dan kami bantah). Biasanya muslimah ini sudah “matang” dalam pemahaman perintah Allah. Ayat di QS. An-Nur 31 dan Al-Ahzab 59 sudah cukup baginya untuk dapat “mencintai” jilbab karena Allah.

Namun demikian, di sisi lain, kaum muslimah masih banyak yang belum mengenakan jilbab. Banyak alasan yang menjadikan mereka tidak mengenakan jilbab. Alasan tersebut antara lain adalah :

1. Belum Adanya Pengetahuan atas Perintah Jilbab

Alasan ini memang cukup banyak, hal ini disebabkan karena memang belum tahu bahwa perintah atas jilbab adalah suatu kewajiban. Kebanyakan di antara mereka adalah muslimah yang memang belum pernah melihat apalagi mendengar perintah jilbab karena yang bersangkutan belum pernah ikut dalam suatu kajian keagamaan atau membaca ayat-ayat Allah. Mereka hidup di lingkungan yang memang benar-benar awam dan jauh dari nuansa keagamaan, seperti di daerah-daerah terpencil atau bahkan di lingkungan kumuh “daerah hitam” di kota-kota besar.

Untuk itu adalah kewajiban kita semua untuk dapat menyampaikan kepada mereka. Sungguh suatu kesalahan kita semua apabila ada saudara kita dalam suatu “kebutaan” atas perintah Tuhannya.

2. Penolakan Berdasarkan Tafsir Pribadi

Inilah golongan yang telah mendengar tapi menolaknya, “sami’na wa ashaynaa”. Golongan ini banyak di antara mereka yang sebenarnya adalah orang yang cerdas dan alim dalam pengetahuan agamanya, tetapi ia menolak mentah-mentah perintah Allah.

Di antara mereka menafsirkan perintah jilbab hanya untuk istri & anak nabi beserta sahabat, sebagaimana mereka tafsirkan di QS. Al-Ahzab ayat 59. “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mu’min : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.”

Orang mukmin diartikan orang yang beriman pada zaman Rasulullah yaitu para sahabat, karena turunnya ayat waktu itu adalah di lingkungan para sahabat, sehingga tidak ada kewajiban buat mereka untuk mengikuti perintah Allah di ayat tersebut. Ayat tersebut mereka tafsirkan sudah mansukh atau sudah dihapuskan karena perintah itu bersifat hanya pada waktu itu saja yaitu ketika Jibril turun akan memberikan wahyu sementara Siti Aisyah, istri nabi, dalam keadaaan tidak berjilbab, lalu Jibril tidak jadi menyampaikan wahyu Allah dan mewahyukan terlebih dahulu kepada nabi perintah untuk berjilbab. Selain hal tersebut alasan lain adalah perintah tersebut seperti orang menyuruh makan/minum kepada seorang tamu yang hanya disampaikan dari tuan rumah sesaat itu saja, selanjutnya tidak lagi.

Sungguh, orang-orang seperti ini dalam kesesatan tafsir yang luar biasa. Bahkan ada seorang cendekiawan muslim yang berijtihad “menolak” perintah tersebut. Sampai-sampai istri dari cendekiawan tersebut dilarang untuk memakai jilbab. Mudah-mudahan Allah mengampuninya, wallaahu a’lam.

3. Adanya Kendala dengan Lingkungan Sekitarnya

Kondisi lingkungan memang sangat berperan dalam kehidupan kita. Baik buruk lingkungan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kondisi kita. Banyak kendala yang dihadapi oleh muslimah yang belum mengenakan jilbab yang disebabkan oleh lingkungan.

Biasanya lingkungan di tempat kerjanya/sekolah tidak memperbolehkan untuk dirinya berjilbab. Sebenarnya hal ini paling sering terjadi di kalangan pekerja muslimah. Perusahaan biasanya mempunyai dress code yang melarang penggunaan jilbab dengan alasan tidak praktis, tidak sesuai dengan kondisi di lapangan, tidak ingin perusahaannya di cap sebagai perusahaan dengan golongan agama tertentu, tidak fashionable/suitable dengan lingkungan kerja, di luar “kewajaran” dan alasan-alasan lainnya. Untuk masalah ini, baik di dalam maupun di luar negeri telah banyak ditangani pengadilan dan kebanyakan diantaranya dimenangkan oleh pihak muslimah yang ingin berjilbab.

Bisa juga terjadi muslimah tersebut ingin berjilbab atau tahu akan perintah jilbab tetapi jarang berkumpul di majelis ilmu, sehingga ketahuan dan keinginan berjilbab tersebut lama kelamaan terkikis karena yang bersangkutan lebih banyak bergaul di lingkungan yang kurang atau jarang berkumpul dalam majelis ilmu.

4. Adanya Kendala di dalam Dirinya

Kendala lain kenapa muslimah belum mengenakan jilbab adalah belum adanya kemantapan di dalam dirinya. Padahal semua orang sebelum memutuskan melakukan sesuatu pasti akan ragu-ragu dan mengkhayal hal-hal yang buruk atau berandai-andai sehingga niat yang awalnya ada lama kelamaan terkikis habis, ini adalah salah satu bisikan syetan sehingga seorang manusia penuh dalam keragu-raguan.

Kendala di dalam diri muslimah belum mengenakan jilbab biasanya adalah disebabkan karena:

a. Membanding-bandingkan atau mengambil contoh yang salah seperti; si anu dan si anu pakai jilbab tapi tingkah lakunya kok masih jelek seperti itu. Akhirnya di dalam dirinya terekam contoh kejelekan yang hanya tampak di hadapannya atau sebatas yang ia kenal saja. Kesalahan dalam mengambil contoh ini dapat berakibat mengurangi motivasi diri dalam mengenakan jilbab. Hal ini dapat diatasi dengan cara antara lain adalah ;

  • Mulailah berpikir positif, hindari rasa buruk sangka.
  • Ambil pelajaran dan teladani orang-orang shaleh.
  • Lebih banyak datang ke majlis ilmu.
  • Bergaul dengan orang yang lebih paham dalam masalah agama.
  • Sering-sering membaca Al-Qur’an dan buku-buku agama.
  • Tidak menolak atas kecenderungan memakai jilbab, arahkan kecenderungan memakai jilbab ini sebagaimana ada di dalam hati dan jangan menghindari kecenderungan ingin mengenakan jilbab.
  • Tetapkan hati, mulailah dari hal-hal yang ringan, seperti mengenakan pakaian yang dianggap lazim dalam batas kesopanan.

b. Alasan lain belum mengenakan jilbab dalam diri seorang muslimah adalah dia menganggap dirinya adalah seorang yang buruk, atau jahat, atau belum berhati baik, atau tingkah lakunya masih belum Islami, atau belum sempurna ibadahnya, dan lain sebagainya. Ia akan mengenakan jilbab kalau dirinya sudah berubah baik. Padahal kalau kita lihat, selain Rasulullah siapa sih yang sempurna dalam Islam?

Jadi, sudah sebuah sunnatullah kalau iman itu kadang bertambah dan kadang berkurang, “al imaanu yazidu wa yanqusu”. Namun demikian untuk mencapai iman yang sempurna dicapai dengan bertahap. Untuk perkara jilbab apa perlunya kita menunggu sampai kita dibilang “sempurna dalam ibadah”.

Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah secara bertahap, perintah untuk meninggalkan khamr itu juga bertahap sampai benar-benar dilarang sepenuhnya. Demikian juga kita menjadi muslim yang baik juga perlu bertahap, tidak ada yang berubah sekejap mata. Allah saja menciptakan alam semesta bertahap, yaitu dalam 6 masa (QS. 7 : 54), manusia diciptakan juga bertahap dari sel sperma, zygote, segumpal darah, janin, sampai dengan bayi yang lahir ke dunia.

Itulah sunnatullah, jadi apa perlunya kita menunggu memakai jilbab sampai kita benar-benar dikatakan sebagai “orang berkelakuan baik” atau muslim yang baik. Yang jelas setelah wanita berubah mengenakan jilbab, secara perlahan tingkah lakunya akan mengikuti dengan sendirinya, asalkan dia sering datang ke majelis ilmu dan bergaul dengan orang-orang shaleh serta ada kemauan atau niat yang kuat di dalam dirinya.

c. Alasan lainnya adalah kalau wanita mengenakan jilbab, maka ia tidak akan bebas dalam beraktifitas. Mengenakan jilbab akan membuat berkurang kecantikannya, susah dalam bergerak (ribet), susah dalam bergaul, susah dalam beradaptasi dengan lingkungan, dan alasan susah-susah yang lainnya.

Sungguh, alasan seperti itu sekarang ini cukup mudah untuk dapat diatasi. Coba kita lihat sekarang berapa banyak artis film/sinetron yang mengenakan jilbab, berapa banyak tokoh atau ilmuwan di negara-negara muslim yang mengenakan jilbab, berapa banyak wanita yang berjilbab bergaul dengan lingkungannya dengan nyaman dan masih banyak yang lainnya.

Dari hasil penelitian, seorang wanita yang mengenakan jilbab kulit tubuhnya menjadi lebih terjaga, lebih halus, dan bahkan lebih bersih. Hal ini disebabkan karena debu dan sinar matahari tidak langsung mengenai pori-pori kulitnya, meski wanita sudah menggunakan sun block. Untuk rambut kepala akan lebih halus dan terjaga dari rusaknya rambut seperti rambut memerah atau rambut bercabang, karena memang sinar matahari dapat secara langsung membuat rambut kita rusak. Jadi, justru fakta membuktikan mengenakan jilbab akan mampu mempercantik tubuh wanita.

Itulah fenomena jilbab yang insya Allah dengan jilbab salah satunya kebangkitan Islam akan dimulai, karena bagaimana pun juga wanita yang berjilbab selain dia lebih cantik, anggun, identitas diri seorang muslim, juga salah satu ciri wanita yang shalehah adalah wanita yang melaksanakan perintah Allah, dan dari rahim wanita yang shalehah lah terlahir anak yang shaleh. Dan tidak berlebihan kalau Rasulullah berkata bahwa sebaik-baiknya perhiasan di dunia adalah wanita yang shalehah. Maka berbahagialah duhai perempuan.

Jadi, marilah kita mulai “gerakan cinta jilbab!”

“Seperti Apa penampilan saudari seperti itulah penilaian orang lain terhadap kita”

***

Untukmu Perempuan Cantik

Untukmu Perempuan Cantik

2 Votes

Teriring salam sejahtera
Salam ribuan malaikat yang selalu bertasbih kepada-Nya
Diwaktu pagi, siang, sore dan malam.

Demi Allah Yang Maha Suci..
Sungguh Ia telah menciptakan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk
Telah ditinggikan derajat manusia dengan akal
Dan dengan mudah pula Ia merendahkankannya
Bahkan lebih rendah dari seburuk-buruknya makhluk

Jika tercipta perempuan sepertimu
Tak ada keraguan bahwa bidadari itu benar adanya
Jika tercipta perempuan sepertimu
Tak ada keraguan bahwa indahnya syurga tak bisa dibayangkan oleh imaji
Jika tercipta perempuan sepertimu
Tak ada keraguan akan keindahan dunia sungguh melenakan
Membuat manusia cinta dunia dan takut akan mati

Wahai perempuan cantik berjilbab
Semoga hijabmu tetap terjaga
Saat niat telah ditetapkan
Saat itu pula amalan shalihmu telah tercatat
Wahai perempuan cantik berjilbab
Jangan engkau tergoda akan tipu daya syaitan
Sesungguhnya ia menggoda dari depan, belakang,
kiri, kanan, atas dan bawah kita
Tidak ada barang sedetikpun dia lengah
untuk menjerumuskan anak adam kepada dosa

Wahai perempuan yang sangat cantik
Sesungguhnya fitnah sangat dekat kepadamu
apabila engkau tiada menjaga budi dan auratmu
Maka takutlah engkau kepada Allah yang tiada pernah tidur barang sekejap
Yang selalu melihat apa yang dilakukan makhluknya walau dengan sembunyi-sembunyi
Yang selalu mendengar segala niat buruk walau baru terbersit dalam hati
Yang selalu menghitung segala amalan dan tiada sebesar biji zarah pun terlewatkan

Wahai perempuan yang sangat cantik
Engkau sangat mempesona
Tiada satu lelakipun yang tahan untuk menundukkan pandangan kecuali yang bertakwa
Maka bersegeralah untuk menikah
Bersegeralah menggenapkan imanmu
Sesungguhnya dalam pernikahan Allah telah membuka pintu-pintu rahmat bagimu

Wahai perempuan yang sangat cantik
Semoga tausiyah ini mengingatkanmu
Mengingatkan akan fananya hidup dan dunia
Bahwa semuanya tiada yang kekal
Hanya dzat Allah lah yang akan terus hidup

Kriteria Wanita Idaman

Kriteria Wanita Idaman


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.

Setelah sebelumnya kita mengkaji siapakah pria yang mesti dijauhi dan tidak dijadikan idaman maupun idola, maka untuk kesempatan kali ini kita spesial akan membahas wanita. Siapakah yang pantas menjadi wanita idaman? Bagaimana kriterianya? Ini sangat perlu sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, sehingga si pria tidak salah dalam memilih. Begitu juga kriteria ini dimaksudkan agar si wanita bisa selalu introspeksi diri. Semoga bermanfaat.

Kriteria Pertama: Memiliki Agama yang Bagus

Inilah yang harus jadi kriteria pertama sebelum kriteria-kriteria lainnya. Tentu saja wanita idaman memiliki aqidah yang bagus, bukan malah aqidah yang salah jalan. Seorang wanita yang baik agamanya tentu saja tidak suka membaca ramalan-ramalan bintang seperti zodiak dan shio. Karena ini tentu saja menunjukkan rusaknya aqidah wanita tersebut. Membaca ramalan bintang sama halnya dengan mendatangi tukang ramal. Bahkan ini lebih parah dikarenakan tukang ramal sendiri yang datang ke rumahnya dan ia bawa melalui majalah yang memuat berbagai ramalan bintang setiap pekan atau setiap bulannya. Jika cuma sekedar membaca ramalan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, lalu ia bertanya mengenai sesuatu, maka shalatnya tidak diterima selama 40 malam.”[1] Jika sampai membenarkan ramalan tersebut, lebih parah lagi akibatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkan apa yang mereka katakan, maka ia telah kufur pada Al Qur’an yang diturunkan pada Muhammad.”[2]

Begitu pula ia paham tentang hukum-hukum Islam yang berkenaan dengan dirinya dan juga untuk mengurus keluarga nantinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan seorang pria untuk memilih perempuan yang baik agamanya. Beliau bersabda, “Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi”.[3] Sebenarnya makna “taribat yadak adalah

Inilah kriteria wanita idaman yang patut diperhatikan pertama kali –yaitu baiknya agama- sebelum kriteria lainnya, sebelum kecantikan, martabat dan harta.

Kriteria Kedua: Selalu Menjaga Aurat

Kriteria ini pun harus ada dan jadi pilihan. Namun sayangnya sebagian pria malah menginginkan wanita yang buka-buka aurat dan seksi. Benarlah, laki-laki yang jelek memang menginginkan wanita yang jelek pula.

Ingatlah, sangat bahaya jika seorang wanita yang berpakaian namun telanjang dijadikan pilihan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”[4] Di antara makna wanita yang berpakaian tetapi telanjang dalam hadits ini adalah:

  1. Wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
  2. Wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang.[5]

Sedangkan aurat wanita yang wajib ditutupi adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mendekatkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59). Jilbab bukanlah penutup wajah, namun jilbab adalah kain yang dipakai oleh wanita setelah memakai khimar. Sedangkan khimar adalah penutup kepala.

Allah Ta’ala juga berfirman,

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur [24] : 31). Berdasarkan tafsiran Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Atho’ bin Abi Robbah, dan Mahkul Ad Dimasqiy bahwa yang boleh ditampakkan adalah wajah dan kedua telapak tangan.[6]

Kriteria Ketiga: Berbusana dengan Memenuhi Syarat Pakaian yang Syar’i

Wanita yang menjadi idaman juga sepatutnya memenuhi beberapa kriteria berbusana berikut ini yang kami sarikan dari berbagai dalil Al Qur’an dan As Sunnah.

Syarat pertama: Menutupi seluruh tubuh (termasuk kaki) kecuali wajah dan telapak tangan.

Syarat kedua: Bukan memakai pakaian untuk berhias diri.

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu ber-tabarruj seperti orang-orang jahiliyyah pertama.” (QS. Al Ahzab : 33). Abu ‘Ubaidah mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan kecantikan dirinya.” Az Zujaj mengatakan, “Tabarruj adalah menampakkan perhiasaan dan setiap hal yang dapat mendorong syahwat (godaan) bagi kaum pria.”[7]

Syarat ketiga: Longgar, tidak ketat dan tidak tipis sehingga tidak menggambarkan bentuk lekuk tubuh.

Syarat keempat: Tidak diberi wewangian atau parfum. Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.”[8]

Inilah di antara beberapa syarat pakaian wanita yang harus dipenuhi. Inilah wanita yang pantas dijadikan kriteria.

Kriteria keempat: Betah Tinggal di Rumah

Di antara yang diteladankan oleh para wanita salaf yang shalihah adalah betah berada di rumah dan bersungguh-sungguh menghindari laki-laki serta tidak keluar rumah kecuali ada kebutuhan yang mendesak. Hal ini dengan tujuan untuk menyelamatkan masyarakat dari godaan wanita yang merupakan godaan terbesar bagi laki-laki.

Allah Ta’ala berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

Dan tinggallah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berdandan sebagaimana dandan ala jahiliah terdahulu” (QS Al Ahzab: 33).

Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Hendaklah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian keluar rumah kecuali karena ada kebutuhan”.[9]

Dari Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya perempuan itu aurat. Jika dia keluar rumah maka setan menyambutnya. Keadaan perempuan yang paling dekat dengan wajah Allah adalah ketika dia berada di dalam rumahnya”.[10]

Kriteria Kelima: Memiliki Sifat Malu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْحَيَاءُ لاَ يَأْتِى إِلاَّ بِخَيْرٍ

Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan.”[11]

Kriteria ini juga semestinya ada pada wanita idaman. Contohnya adalah ketika bergaul dengan pria. Wanita yang baik seharusnya memiliki sifat malu yang sangat. Cobalah perhatikan contoh yang bagus dari wanita di zaman Nabi Musa ‘alaihis salam. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (23) فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ (24)

Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”. Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya.” (QS. Qashash: 23-24). Lihatlah bagaimana bagusnya sifat kedua wanita ini, mereka malu berdesak-desakan dengan kaum lelaki untuk meminumkan ternaknya. Namun coba bayangkan dengan wanita di zaman sekarang ini!

Demikianlah kriteria wanita yang semestinya jadi idaman. Namun kriteria ini baru sebagian saja. Akan tetapi, kriteria ini semestinya yang dijadikan prioritas.

Intinya, jika seorang pria ingin mendapatkan wanita idaman, itu semua kembali pada dirinya. Ingatlah: ”Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik”. Jadi, hendaklah seorang pria mengoreksi diri pula, sudahkah dia menjadi pria idaman, niscaya wanita yang ia idam-idamkan di atas insya Allah menjadi pendampingnya. Inilah kaedah umum yang mesti diperhatikan.

Semoga Allah memudahkan kita untuk selalu mendapatkan keberkahan dalam hidup ini.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.remajaislam.com


[1] HR. Muslim no. 2230, dari Shofiyah, dari sebagian istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

[2] HR. Ahmad (2/492). Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan.

[3] HR. Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1446, dari Abu Hurairah.

[4] HR. Muslim no. 2128, dari Abu Hurairah.

[5]Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 17/190-191, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua.

[6] Lihat Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah, Amru Abdul Mun’im, hal. 14.

[7] Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, 5/133, Mawqi’ Al Islam.

[8] HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 323 mengatakan bahwa hadits ini shohih.

[9]Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/150.

[10] HR Ibnu Khuzaimah no. 1685. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.

[11] HR. Bukhari no. 6117 dan Muslim no. 37, dari ‘Imron bin Hushain.

Ingat…10 Karakter Muslim/Muslimah Sejati

Ingat…10 Karakter Muslim/Muslimah Sejati

Posted at 11:14 under Tak Berkategori


Karakter ini merupakan pilar pertama terbentuknya masyarakat islam maupun tertegaknya sistem islam dimuka bumi serta menjadi tiang penyangga peradaban dunia.

Kesepuluh karakter itu adalah :

Salimul Aqidah, Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya dari lubang syirik.


Shahihul Ibadah, Benar Ibadahnya menurut AlQur’an dan Assunnah serta terjauh dari segala Bid’ah yang dapat menyesatkannya.

Matinul Khuluq, Mulia Akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin).

Qowiyul Jismi, Kuat Fisiknya sehingga dapat mengatur segala kepentingan bagi jasmaninya yang merupakan amanah/titipan dari Alloh SWT.

Mutsaqoful Fikri, Luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya.

Qodirun ‘alal Kasbi, Mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.

Mujahidun linafsihi, Bersungguh sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya seseorang yang dapat memaksimalkan setiap kesempatan ataupun kejadian sehingga berdampak baik pada dirinya ataupun orang lain.

Haritsun ‘ala waqtihi, Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau sedetikpun. karena waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT.

Munazhom Fii Su’unihi, Tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik.

Naafi’un Li Ghairihi, Bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya seseorang yang bermanfaat dan dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan Ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain.

Mudah-mudahan dengan kesepuluh karakter yang dikemukakan diatas menjadikan kita termotivasi untuk dapat merealisasikannya dalam diri kita.Amin.

Catatan:
* 10 karakter Muslim/Muslimah sejati ini dirumuskan oleh Hasan Albana

"MAKNA"WANITA DI CIPTAKAN DARI TULANG RUSUK YG BENGKOK

Pertanyaan:

Disebutkan dalam sebuah hadits, “Berbuat baiklah kepada wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, sedangkan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas,” dst. Mohon penjelasan makna hadits dan makna ‘tulang rusuk yang paling bengkok adalah tulang rusuk yang paling atas’?

Jawaban:

Ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim di masing masing kitab Shahih mereka, dari Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam. Dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bersabda,

“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.Maka sikapilah para wanita dengan baik.”
(HR al-Bukhari Kitab an-Nikah no 5186)

Ini adalah perintah untuk para suami, para ayah, saudara saudara laki laki dan lainnya untuk menghendaki kebaikan untuk kaum wanita, berbuat baik terhadap mereka , tidak mendzalimi mereka dan senantiasa memberikan ha-hak mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan. Ini yang diwajibkan atas semua orang berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam, “Berbuat baiklah kepada wanita.”

Hal ini jangan sampai terhalangi oleh perilaku mereka yang adakalanya bersikap buruk terhadap suaminya dan kerabatnya, baik berupa perkataan maupun perbuatan karena para wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, sebagaimana dikatakan oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bahwa tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.

Sebagaimana diketahui, bahwa yang paling atas itu adalah yang setelah pangkal rusuk, itulah tulang rusuk yang paling bengkok, itu jelas. Maknanya, pasti dalam kenyataannya ada kebengkokkan dan kekurangan. Karena itulah disebutkan dalam hadits lain dalam ash-Shahihain.

“Aku tidak melihat orang orang yang kurang akal dan kurang agama yang lebih bias menghilangkan akal laki laki yang teguh daripada salah seorang diantara kalian (para wanita).”
(HR. Al Bukhari no 304 dan Muslim no. 80)

Hadits Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam yang disebutkan dalam ash shahihain dari hadits Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu. Makna “kurang akal” dalam sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam adalah bahwa persaksian dua wanita sebanding dengan persaksian seorang laki laki. Sedangkan makna “kurang agama” dalam sabda beliau adalah bahwa wanita itu kadang selama beberapa hari dan beberapa malam tidak shalat, yaitu ketika sedang haidh dan nifas. Kekurangan ini merupakan ketetapan Allah pada kaum wanita sehingga wanita tidak berdosa dalam hal ini.

Maka hendaknya wanita mengakui hal ini sesuai dengan petunjuk nabi shalallahu ‘alayhi wasallam walaupun ia berilmu dan bertaqwa, karena nabi shalallahu ‘alayhi wasallam tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, tapi berdasar wahyu yang Allah berikan kepadanya, lalu beliau sampaikan kepada ummatnya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
(Qs. An-Najm:4)

Sumber:
Majmu Fatawa wa Maqadat Mutanawwi’ah juz 5 hall 300-301, Syaikh Ibn Baaz Fatwa fatwa Terkini Jilid 1 Bab Perlakuan Terhadap Istri penerbit Darul Haq

***
(muslimah.or.id)

Tipe Wanita Dalam Al-Qur’an

Tipe Wanita Dalam Al-Qur’an

Oleh: Ahmad Dailami Toha
Ketika memasuki sebuah showroom, butik atau toko yang menjual pakaian wanita, kita akan mendapatkan pakaian dalam berbagai bentuk, corak dan ragamnya. Mau pilih yang mana? Semuanya terserah kita. Sebab kita sendiri yang akan memakainya. Kita pula yang akan menerima konsekuensi dari memakai pakaian tersebut.
Pakaian dapat kita analogikan dengan kepribadian. Seperti halnya pakaian, kepribadian wanita pun memiliki beragam jenis dan corak. Kita diberi kebebasan untuk memilih tipe mana saja yang paling disukainya. Namun ingat, dalam setiap pilihan ada tanggung jawab yang harus dipikul. Karena itu, agar tidak menyesal dikemudian hari, Al-Qur’an memberi tuntunan kepada orang-orang beriman (khususnya Muslimah) agar tidak salah dalam memilih kepribadian.
Setidaknya ada lima tipe wanita dalam Al-Qur’an.
PERTAMA, tipe pejuang.
Wanita tipe pejuang memiliki kepribadian kuat. Ia berani menanggung risiko apa pun saat keimanannya diusik dan kehormatannya dilecehkan. Tipe ini diwakili oleh Siti Asiyah binti Mazahim, istri Fir’aun. Walau berada dalam cengkraman Fir’aun, Asiyah mampu menjaga akidah dan harga dirinya sebagai seorang Muslimah. Asiyah lebih memilih istana di surga daripada istana di dunia yang dijanjikan Fir’aun. ALLAH SWT mengabadikan doanya, Dan Allah menjadikan perempuan Fir’aun teladan bagi orang-orang beriman, dan ia berdoa,
Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang zalim (QS. At Tahriim [66]: 11).
KEDUA, tipe wanita shalihah yang menjaga kesucian dirinya.
Tipe ini diwakili Maryam binti Imran. Hari-harinya ia isi dengan ketaatan kepada ALLAH. Ia pun sangat konsisten menjaga kesucian dirinya. “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”. Demikian ungkap Maryam (QS Maryam [19]: 20). Karena keutamaan inilah, ALLAH SWT mengabadikan namanya sebagai nama salah satu surat dalam Al-Qur’an (QS. Maryam [19]). Maryam pun diamanahi untuk mengasuh dan membesarkan Kekasih ALLAH, Isa putra Maryam (QS Maryam [19]: 16-34).
ALLAH SWT memuliakan Maryam bukan karena kecantikannya, namun karena keshalihan dan kesuciannya.
KETIGA, tipe penghasut, tukang fitnah dan biang gosip.
Tipe ini diwakili Hindun, istrinya Abu Lahab. Al-Qur’an menjulukinya sebagai “pembawa kayu bakar” alias penyebar fitnah. Dalam istilah sekarang wanita penyiram bensin.
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya ia akan binasa. demikian pula istrinya, pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali dari sabut (QS Al Lahab [111]: 1-5).
Bersama suaminya, Hindun bahu membahu menentang dakwah Rasulullah SAW, menyebar fitnah dan melakukan kezaliman. Isu yang awalnya biasa, menjadi luar biasa ketika diucapkan Hindun.
KEEMPAT, tipe wanita penggoda.
Tipe ini diperankan Zulaikha saat menggoda Nabi Yusuf. Petualangan Zulaikha diungkapkan dalam Al-Qur’an,
Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, Marilah ke sini. Yusuf berkata, Aku berlindung kepada ALLAH, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung (QS. Yusuf [12]: 23).
Tipe wanita penggoda inilah yang sangat merusak kehidupan dunia dikarenakan seorang wanita tipe ini tidak segan-segan menggoda siapa saja baik laki laki beristri ataupun tidak, akibat dari perbuatannya akan berakibat kehancuran rumah tangga orang lain, dan harga diri perempuan tipe ini sangat jatuh dan tidak bermartabat. Di dunia modern saat ini sering dinamai perempuan murahan. Apabila ada peluang menggoda pasti dia akan lakukan, jangankan digoda justru perempuannya yang menggoda, padahal sifat penggoda ada pada sifat laki laki.
KELIMA, tipe wanita pengkhianat dan ingkar terhadap suaminya.
ALLAH SWT memuji wanita yang tidak taat kepada suaminya yang zalim, seperti dilakukan perempuan Fir’aun (QS At Tahriim [66]: 11). Namun, pada saat bersamaan Allah pun mengecam perempuan yang bekhianat kepada suaminya (yang saleh). Istrinya Nabi Nuh dan Nabi Luth mewakili tipe ini. Saat suaminya memperjuangkan kebenaran, mereka malah menjadi pengkhianat dakwah. Difirmankan,
ALLAH membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shaleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) ALLAH; dan dikatakan kepada keduanya), Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka). (QS. At Tahriim [66]: 10).
Wanita-wanita yang dikisahkan Al-Qur’an ini hidup ribuan tahun lalu. Namun karakteristik dan sifatnya tetap abadi sampai sekarang. Ada tipe pejuang yang kokoh keimanannya. Ada wanita salehah yang tangguh dalam ibadah dan konsisten menjaga kesucian diri. Ada pula tipe penghasut, penggoda dan pengkhianat. Terserah kita mau pilih yang mana. Bila memilih tipe pertama dan kedua, maka kemuliaan dan kebahagiaan yang akan kita dapatkan. Sedangkan bila memilih tiga tipe terakhir, kehinaan di dunia dan kesengsaraan akhiratlah akan kita rasakan.
Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa (QS. An Nuur [24]: 34).
Wallaahu a’lam

HADIST HADIST DIATAS CINTA

Posted on by ibh3
3 Votes

Dari anas bin malik radliyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihiw a sallam bersabda: “Ada tiga hal yang barangsiapa memilikinya niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman: (1). Allah ta’ala dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lebih ia cintai daripada yang lainnya, (2). Mencintainya seseorang, tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah ta’ala, (3). Benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah ta’ala menyelamatkan darinya sebagaimana ia benci dirinya dimasukkan ke dalam api”[1]

Merasakan manisnya sesuatu merupakan buah dari cinta terhadapnya. Di kala seseorang mencintai sesuatu atau menyukai lantas mendapatkannya, maka ia akan merasakan manis, lezat dan bahagia karenanya. Demikian pula manisnya iman yang dirasa oleh seorang mukmin; kelezatan dan kebahagiaan yang ia dapatkan dalam keimanannya sebanding dengan cinta yang ada dalam dirinya. Dan hal itu akan ia dapatkan dengan melakukan tiga hal yang disebutkan oleh hadits di atas.[2]

Yang berhak dicinta di atas cinta

Cinta, sebuah kata yang indah didengar, manis diucapkan, nikmat dirasakan. Cinta adalah karunia dan rohmat dari Allah ta’ala yang Dia berikan dan Dia bagikan kepada manusia.

Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah menjadikan cinta sebagai jalan menuju apa yang dicintai-Nya, dan telah menjadikan ketaatan dan ketundukan kepada-Nya sebagai dalil atas kebenaran dan kejujuran cinta. Dia-lah yang telah menggerakkan jiwa dengan cinta menuju kesempunaan. Mahasuci Allah yang telah memalingkan hati kepada yang Dia kehendaki dan untuk apa yang Dia kehendaki dengan kekuasaan-Nya. Dia lah yang menjadikan cinta bercorak dan bercita warna, membagikan cinta kepada para hamba-Nya, memberikan pilihan kepada mereka apa dan siapa yang dicintainya; ada cinta yang mulia dan ada yang hina, ada yang cinta harta, wanita, tahta dan segala yang nista.

Namun ada sebuah cinta yang paling mulia, (yaitu) cinta kepada Sang Pencipta cinta, yang telah menciptakan alam semesta dengan cinta, dan untuk cinta, karena pada hakikatnya cinta yang tertinggi dan termulia dari hamba adalah menghamba kepada-Nya. Dan tiada yang berhak menerima cinta termulia ini melainkan Dzat yang seluruh alam semesta harus tunduk kepada-Nya. Karena tidaklah jin dan manusia diciptakan melainkan untuk menghamba kepada-Nya. Dan seluruh cinta harus tunduk di bawah cinta-Nya dan cinta karena-Nya.

Semakin bertambah cinta seorang mukmin kepada Allah ta’ala dan Rasul-Nya, semakin bertambah pula rasa manis imannya. Karena iman memiliki rasa manis dalam hati, kelezatan iman yang tidak diketahui melainkan oleh Allah ta’ala, itulah cinta di atas cinta[3].

Cinta Hakiki Cinta Yang Terbukti

Cinta butuh kepada bukti untuk bisa diakui kebenaran cintanya. Karena siapapun bisa saja mengaku cinta, namun tidak semua pengakuan cinta itu hakiki dan sejati, dan tidak semua pengakuan cinta itu abadi. Ada tanda-tanda dan bukti cinta yang harus diwujudkan hingga bisa diketahui manakah sebenarnya cinta yang sejati dan mana yang hanya sekedar cinta palsu. Demikian pula apakah cinta itu tulus dan murni ataukah sebenarnya ada keinginan lain dibalik pengakuan cinta, apalagi jika pengakuan cinta itu ditujukan kepada Allah dan Rasul-Nya, atau cinta karena Allah ta’ala dan benci karena-Nya; tentu bukan pengakuan yang sepele dan mudah diucapkan begitu saja, tetapi disinilah ukuran iman akan ditentukan. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

”Tidaklah seorang hamba beriman hingga aku menjadi orang yang lebih ia cintai daripada keluarganya, hartanya dan manusia semuanya.” (HR. Bukhori)

Allah ta’ala juga berfirman:

”Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri” (QS. Al-Ahzab: 6).

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam radliyallahu’anhu bahwa ia berkata: Kami bersama Nabi shallallahu’alaihi wa sallam ketika itu beliau shallallahu’alaihi wa sallam menggandeng Umar bin al Khattab radliyallahu’anhu lalu Umar berkata kepada beliau,

”Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri”.

Maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

”Tidak ![4] Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan Nya, hingga aku menjadi orang yang lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri”

Maka ’Umar radliyallahu’anhu pun berkata kepada beliau, ”Sesungguhnya sekarang, Demi Allah, engkau sungguh lebih aku cintai daripada diriku sendiri”.

Maka beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

”Sekaranglah wahai Umar !”[5] yakni, baru sekaranglah imanmu sempurna.

Pedoman Hakikat Cinta

Allah ta’ala telah memberikan sebuah pedoman untuk mengetahui hakikat pengakuan cinta seseorang, (yaitu) bahwa yang menjadi ukuran dan bukti cinta seseorang kepada Allah ta’ala adalah sejauh mana dia dalam ber ittiba’ (mengikuti petunjuk) Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Allah berfirman:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ

”Katakanlah: ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian’. Allah Maha Pengampun dan Penyanyang” (QS. Ali-’Imron: 31)

Ittiba’ kepada Rasulullah merupakan bukti cinta hamba kepada Allah ta’ala. Dan Allah ta’ala memberikan janji kepada hamba-Nya berupa balasan cinta-Nya ketika memenuhi syarat cinta. Karena yang paling penting dan paling agung bukanlah pengakuan hamba bahwa ia mencintai-Nya, namun yang paling penting dan agung adalah ketika ia dicintai dan dibalas cintanya oleh yang dicintainya.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa ittiba’ kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah bukti dan realisasi pengakuan cinta seseorang kepada Rasulullah yang harus didahulukan dan diletakkan di atas cinta kepada yang lainnya. Dan inilah hakikat cinta kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang sebenarnya. Barangsiapa yang menyelisihi, menyimpang dan meninggalkan ittiba’, apalagi mengolok-olok, meremehkan, menghina dan menghujat sunnah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, berarti dia telah bermaksiat kepada Allah ta’ala, sekaligus menafikan kesempurnaan atau bahkan seluruh imannya.

Hanya kepada-Nya lah seharusnya kita memberikan cinta di atas cinta. Walillahil mahabbah.

Penulis: Ust. Abu Abdirrahman

Sumber: Majalah alMawaddah Edisi ke-5 Tahun ke-2 Dzulhijjah 1429/ Desember 2008 hal. 12-13.

[1] Diriwayatkan Bukhori dalam kitab al-Iman, bab Halawatil Iiman 1/14 no. 16; dan Muslim dalam kitab al-Iman, bab Bayan Khisholi Man Ittashofa Bihinna Wajada Halawatal Imaan 1/48 no. 174, an-Nasa’I 8/470 no. 4901, dan Ahmad 3/103 no. 12025

[2] Lihat Majmu’ Fatawa 10/205-206

[3] Disarikan dari Muqoddimah Ibnul Qoyyim dalam Roudhotul Muhibbin dari Majmu’ Fatawa 10/648-650

[4] Yakni belum sempurna imanmu

[5] Diriwayatkan al-Bukhori dalam kitab al-Aiman wan nudzuur bab kaifa kaanat yaminun Nabi shallallahu’alaihi wa sallam 6/2445 no. 6257.

Wahai Wanita Shalihah

Wahai Wanita Shalihah

Sejak dulu isu poligami selalu menarik tetapi pendekatan yang dipakai dalam membahasnya selalu saja dari aspek teologis. Padahal, fenomena poligami itu sangat menarik dibahas dari berbagai aspek: psikologis, seksologis, sosiologis, dan juga teologis

Realitas sosiologis di masyarakat menjelaskan bahwa poligami selalu dikaitkan dengan ajaran Islam. Sejumlah pertanyaan muncul:

  • Apakah betul Islam mengajarkan poligami?
  • Apakah benar Rasul mempraktekkan poligami?
  • Bagaimana seharusnya kita membaca teks-teks agama yang secara tekstual bicara tentang poligami?

Data-data historis secara jelas menginformasikan bahwa ribuan tahun sebelum Islam turun di Jazirah Arab, masyarakat di berbagai belahan dunia telah mengenal dan bahkan secara luas mempraktekkan poligami sehingga ketika itu sulit sekali menemukan bentuk perkawinan monogami, termasuk pada masyarakat Arab yang terkenal jahiliyah.

Poligami yang berlangsung saat itu tidak mengenal batas, baik dalam hal jumlah istri maupun syarat moralitas keadilan. Lalu, Islam datang melakukan reformasi secara radikal terhadap perilaku poligami yang tidak manusiawi itu.

Reformasi Islam menyangkut dua hal: pertama, membatasi jumlah istri hanya empat, dan kedua, ini yang paling radikal, bahwa poligami hanya dibolehkan bagi suami yang menjamin keadilan untuk para istri.

Perubahan drastis inilah yang kemudian diapresiasi oleh Robert Bellah, seorang sosiolog terkenal asal Amerika Serikat, yang menyebut Islam sebagai agama yang sangat modern untuk ukuran masa itu, “It was too modern to succeed,” komentarnya.

.
.
.

………….. [ ... Read More ... ] ……………..

Muslimah Yang Melahirkan Generasi Emas

Muslimah Yang Melahirkan Generasi Emas

1 Vote

Sesungguhnya, dalam menjalani berbagai perannya, peran wanita dapat dipetakan menjadi tiga peran penting yaitu sebagai sebagai pribadi muslimah, sebagai istri, dan sebagai ibu. Pada masing-masing peran, dibutuhkan ilmu yang dapat menjaganya dari berbagai bentuk penyimpangan. Berikut penjelasan ketiga hal tersebut:

1. Sebagai pribadi muslimah

Seorang muslimah akan selalu terikat dengan berbagai aturan agama yang menyangkut dirinya sebagai seorang yang beragama Islam seperti kewajiban untuk merealisasikan rukun iman dan rukun Islam serta aturan lain yang merupakan konsekuensi dari kedua hal tersebut ataupun kewajiban yang terkait dengan kedudukannya sebagai seorang wanita seperti larangan dan kewajiban pada masa haid, kewajiban menutup aurot, dan sebagainya. Seluruh hal tersebut memerlukan ilmu sehingga kewajiban menuntut ilmu juga dibebankan kepda kaum wanita sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut,

طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Mencari ilmu itu merupakan kewajiban bagi seorang muslim.” (Hadits shahih riwayat Ibnu Adi dan Baihaqi dari Anas radhiyallahu ‘anhu )

Al Hafizh Al Sahawi rahimahullah berkata, “Sebagian penulis menambahkan kata-kata muslimatin pada akhir hadits. Kata-kata ini tidak pernah disebutkan satu kali pun dalam berbagai sanad hadits tersebut, sekalipun secara makna memang benar.”

Bertolak dari hal ini Ibnu Hazm rahimahullah berkomentar, “Menjadi kewajiban bagi wanita untuk pergi dalam rangka mendalami ilmu agama sebagaimana hal ini menjadi kewajiban bagi kaum laki-laki. Setiap wanita diwajibkan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan agama berkenaan dengan permasalahan bersuci, shalat, puasa dan makanan, minuman, serta pakaian yang dihalalkan dan yang diharamkan sebagaimana kaum laki-laki, tanpa ada perbedaan sedikitpun di antara keduanya. Mereka juga harus mempelajari berbagai tutur kata dan sikap yang benar baik dengan belajar sendiri maupun dengan diperkenankan untuk bertemu seseorang yang dapat mengajarinya. Menjadi kewajiban para penguasa untuk mengharuskan rakyatnya agar menjalankan kewajiban ini”. (Al Ihkam fii Ushulil Ahkam 1/413 dalam Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 7).

Al Hafizh Ibnul Jauzi rahimahullah juga berkata, “Sering aku menganjurkan kepada manusia agar mereka menuntut ilmu syar’i karena ilmu laksana cahaya yang menyinari. Menurutku kaum wanita lebih dianjurkan dibanding kaum laki-laki karena jauhnya mereka dari ilmu agama dan hawa nafsu begitu mengakar dalam diri mereka. Kita lihat seorang putri yang tumbuh besar tidak mengerti cara bersuci dari haid, tidak bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan tidak mengerti rukun-rukun Islam atau kewajiban istri terhadap suami. Akhirnya mereka mengambil harta suami tanpa izinnya, menipu suami dengan anggapan boleh demi keharmonisan rumah tangga serta musibah-musibah lainnya.” (Ahkamun Nisa’ hlm. 6 dalam Majalah Al Furqon edisi 11 tahun VII).

2. Sebagai istri

Seorang istri memiliki kewajiban untuk menaati suaminya dalam hal-hal yang bukan merupakan kemaksiatan terhadap Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةِ اللهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى المَََْعْرُوْفِ

“Tidak (boleh) taat (terhadap perintah) yang di dalamnya terdapat maksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam kebajikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka tidaklah seorang istri dapat mengetahui apakah suatu urusan merupakan kemaksiatan atau bukan kecuali dengan ilmu syar’i.

Selain itu, di akhir zaman ini, ketika keburukan banyak bertebaran di muka bumi yang membuat banyak orang hanyut dalam lumpur dosa, maka seorang istri yang sholihah harus membekali dengan ilmu syar’i agar dapat menjaga keistiqomahan dirinya dan suaminya serta keluarganya. Dengan nasihat yang baik dan kelemahlembutan yang dimiliki seorang wanita, seorang suami akan mampu menemukan ketenangan dan kekuatan yang akan menjaga dirinya dan keluarganya dari perbuatan-perbuatan dosa misalnya berbuat syirik dan bid’ah, berzina, mencari nafkah yang haram, mengambil riba, dan perkara-perkara maksiat lainnya. Karena agama adalah nasihat sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الـدِيْـنُ النَصِيْحَةُ

“Agama adalah nasihat” (HR. Muslim)

Nasihat akan lebih dapat diterima oleh hati manusia jika diiringi dengan sikap lemah lembut. Allah Ta’ala berfirman dalam rangka memberi perintah kepada Nabi Musa ‘alaihissalam dan saudaranya (Harun) ketika berdakwah kepada Fir’aun,

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى٭ فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى٭

“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (Qs. Thaahaa : 43-44)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam sebuah hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

يَا عَائِشَة إِنَّ الرِّفْقَ مَا كَانَ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَنُزِعَ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ

“Wahai ‘Aisyah, tidaklah kelembutan terdapat pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan memburukkannya.”

3. Sebagai ibu

Sebuah syair Arab mengungkapkan hal berikut,

الأُمُّ مَدْرَسَةٌ إِذَا أَعْدَدْتَهَا أَعْدَدْتَ شَعْبًا طَيِّبَ الْأَعْرَاقِ

“Seorang ibu tak ubahnya bagai sekolah. Bila kita mempersiapkan sekolah itu secara baik, berarti kita telah mempersiapkan suatu bangsa dengan generasi emas.”

Beban perbaikan dan pembentukan masyarakat yang Islami juga menjadi tanggung jawab wanita. Hal ini dikarenakan jumlah wanita yang lebih banyak dari laki-laki dan seorang anak tumbuh dari bimbingan seorang wanita. Maka, tidak bisa tidak seorang wanita harus membekali dirinya dengan ilmu syar’i khususnya mengenai pendidikan anak karena pendidikan anak menjadi tugas utama yang dibebankan kepada kaum wanita.

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Hendaknya seorang wanita membaguskan pendidikan anak-anaknya karena anak-anaknya adalah generasi penerus di masa yang akan datang. Dan yang mereka contoh pertama kali adalah para ibu. Jika seorang ibu mempunyai akhlak, ibadah, dan pergaulan yang bagus, mereka akan tumbuh terdidik di tangan seorang ibu yang bagus. Anak-anaknya ini akan mempunyai pengaruh positif dalam masyarakat. Oleh karena itu, wajib bagi para wanita yang mempunyai anak untuk memperhatikan anak-anaknya, bersungguh-sungguh dalam mendidik mereka, memohon pertolongan jika suatu saat tidak mampu memperbaiki anaknya baik lewat bantuan bapak atau jika tidak ada bapaknya lewat bantuan saudara-saudaranya atau pamannya dan sebagainya”. (Daurul Mar’ah fi Ishlah Al Mujtama’ hlm. 25-26 dalam Majalah Al Furqon edisi 12 tahun VIII)

Seorang ibu yang cerdas dan shalihah tentu saja akan melahirkan keturunan yang cerdas dan sholih pula, bi idzinillah. Lihatlah hal itu dalam diri seorang shahabiyah yang mulia, Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha, ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang merupakan pembantu setia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain cerdas, ia juga penyabar dan pemberani. Ketiga sifat mulia inilah yang menurun kepada Anas dan mewarnai perangainya di kemudian hari. (Ibunda Para Ulama, hlm.25)

Dengan kecerdasannya, ia ‘hanya’ meminta sebuah mahar yang ringan diucapkan namun terasa berat konsekuensinya, yaitu keislaman Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu yang meminangnya saat itu. Dengan kesabarannya pula, ia mampu menyimpan rapat-rapat kesedihannya karena kematian putranya demi menenangkan suaminya.

Potret Semangat Para Salafush Shalih dalam Menuntut Ilmu

Demikian pentingnya peran para wanita. Dalam setiap lini kehidupannya, pasti membutuhkan ilmu syar’i. Hal ini pula yang dimengerti betul oleh para shahabiyah pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga mereka meminta waktu khusus pada beliau untuk mengkaji masalah-masalah agama.

Dari Abu Sa’id Al Khudriy radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa ada seorang wanita menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, kaum laki-laki telah memborong waktumu. Oleh karenanya peruntukkanlah untuk kami sebuah waktu khusus yang engkau tetapkan sendiri. Pada waktu itu kami akan mendatangimu lalu engkau ajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan kepadamu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Berkumpullah kalian pada hari ini dan ini di tempat ini.” Kaum wanita pun berkumpul, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mendatangi mereka dan mengajari mereka ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semangat kaum wanita muslimah dalam mencari ilmu telah mencapai puncaknya hingga mereka menuntut adanya majelis ilmu yang khusus diperuntukkan untuk mengajari mereka. Padahal sebenarnya mereka telah mendengarkan kajian Rasulullah di masjid serta nasihat-nasihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Demikian juga keadaan para wanita Anshar pada masa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Sebaik-baik wanita adalah wanita dari kaum Anshar. Rasa malu tidak menghalangi diri mereka untuk mendalami ilmu agama.” (HR. Muslim)

Kita jumpai pula bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menganjurkan kaum wanita untuk menghadiri berbagai majelis ilmu guna menambah bekal keilmuan mereka.

Dari Ummu ‘Athiyah al Anshariyyah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kami untuk menghadiri sholat hari raya ‘Idul Fithri dan hari raya ‘Idul Adha, baik awatiq (gadis yang sudah baligh atau hampir baligh), maupun wanita-wanita yang sedang haid dan juga gadis-gadis pingitan. Adapun wanita yang sedang haid, mereka hendaknya tidak berada di tempat shalat. Saat itu mereka menyaksikan kebaikan dan doa yang dipanjatkan oleh kaum muslimin. Ummu Athiyah berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya muslimah yang lain meminjami jilbab untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim) (Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 8-10)

Sejarah telah mencatat, ulama tidak hanya berasal dari kalangan laki-laki saja. Ada banyak ulama wanita yang masyhur dan bahkan menjadi rujukan bagi ulama dari kalangan laki-laki. Lihat saja ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, wanita cerdas yang namanya akan terus dibaca oleh kaum muslimin dalam banyak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Aisyah pula yang merupakan sebaik-baik teladan para wanita dalam menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Az Zuhri mengatakan, “Andai ilmu ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu dikumpulkan lalu dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu yang dimiliki oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu lebih unggul”. (Al Haitsami berkata dalam al Majma’ (9/243), “Hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabarani sedangkan rawi-rawinya adalah orang yang bisa dipercaya.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Hakim 4/139. Lihat: Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 20)

Begitu juga dengan masa setelah para shahabat (yaitu masa tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan seterusnya). Setiap zaman selalu menorehkan tinta emas nama-nama para ulama wanita hingga masa sekarang ini. Di antara mereka, adalah putri-putri ulama besar di jamannya. Sebut saja putri Sa’id bin Musayyib (tabi’in), putri Imam Malik, Ummu ‘Abdillah binti Syaikh Muqbil bin Hadi, dan lainnya.

Apakah ilmu yang mereka dapatkan itu merupakan ilmu warisan dari ayah-ayah mereka yang seorang ulama? Jawabannya, tentu tidak. Ilmu bukanlah harta benda yang dapat diwariskan begitu saja.

Alangkah bagusnya apa yang diceritakan oleh Al Farwi, “Kami pernah duduk di majelis Imam Malik. Pada saat itu putra beliau keluar masuk majelis dan tidak mau duduk untuk belajar. Maka Imam Malik menghadap kami seraya berkata, “Masih ada yang meringankan bebanku yaitu bahwa masalah ilmu ini tidak bisa diwariskan.” (Majalah al Furqon edisi 12 tahun VI)

Tentu saja ilmu yang mereka dapatkan tidak datang begitu saja. Ada usaha dan pengorbanan yang besar untuk meraihnya. Mari kita simak kegigihan para salaf dahulu dalam menuntut ilmu.

Hasan Al Bashri berkata, “Apabila engkau mendapati seseorang yang mengalahkanmu dalam urusan dunia, maka kalahkanlah dia dalam urusan akhirat.”

Imam Ahmad berwasiat kepada putranya, “Aku telah menginfakkan diriku untuk perjuangan”. Ketika Imam Ahmad ditanya kapan seseorang dapat beristirahat? Maka beliau menjawab, “Ketika pertama kali menginjakkan kakinya di surga.”

Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata, “Dahulu generasi salaf menuntut ilmu karena Allah, maka mereka pun menjadi terhormat dan menjadi para imam panutan. Kemudian datanglah suatu kaum yang menuntut ilmu yang pada mulanya bukan karena Allah dan berhasil memperolehnya. Namun kembali kepada jalan yang lurus dan mengintrospeksi dirinya sendiri dan akhirnya ilmu itu sendiri yang mendorong dirinya menuju keikhlasan di tengah jalan. Sebagaimana dinyatakan oleh Mujahid dan lainnya, “Dahulu kami menuntut ilmu tanpa niat yang tinggi. Namun, kemudian Allah menganugerahi niat tersebut sesudah itu.” Sebagian ulama menyatakan, “Kami hendak menuntut ilmu untuk selain Allah. Namun ternyata ia hanya bisa dilakukan karena Allah”. (Panduan Akhlak Salaf , hlm. 7)

Para salaf yang lain juga benar-benar bersemangat memperhatikan permasalahan niat ini. Sufyan Ats Tsauri berkata, “Saya tidak pernah mengobati sesuatu melebihi terapiku terhadap niat.”

Tidak hanya hati saja yang mereka jaga kesungguhan dan ketulusannya ketika menuntut ilmu, tubuh mereka pun ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi raga yang kuat menghadapi rintangan dalam perjalanan menuntut ilmunya. Perhatikanlah kisah Hajjaj bin Sya’ir ini, “Ibuku pernah menyiapkan untukku seratus roti kering dan aku menaruhnya di dalam tas. Beliau mengutusku ke Syubbanih (salah seorang ahli hadits) di Madain. Aku tinggal di sana selama seratus hari. Setiap hari aku membawa seratus roti dan mencelupkannya ke sungai Dajlah kemudian aku memakannya. Setelah roti habis aku kembali ke ibuku.” (102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara, hlm. 274).

Penutup

Mungkin saja kita tidak bisa setara dengan para salafush sholih dalam semangat mereka menuntut ilmu. Akan tetapi, segala upaya harus kita kerahkan agar semangat menuntut ilmu itu selalu terhujam kuat di dalam hati kita.

Allah berfirman,

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (Qs. At Taghaabun : 16)

Maka tidak ada lagi alasan “Saya cuma ibu rumah tangga” atau “Saya sudah jadi seorang istri” atau “Saya tinggal di tempat yang jauh dari majelis ilmu” untuk menghindari kewajiban menuntut ilmu. Dengan berkembangnya teknologi di masa sekarang ini –misalnya internet, radio, rekaman kajian (kaset, CD, VCD, DVD), buku-buku Islam, dan majalah Islami- cukup memudahkan kita para wanita untuk tetap dapat menuntut ilmu tanpa harus datang dan duduk langsung dalam sebuah majelis ilmu jika keadaan memang tidak memungkinkan.

Semoga dengan sedikit pemaparan di atas, semangat para wanita untuk menuntut ilmu dapat tumbuh subur, sehingga dengan ijin Allah Ta’ala kita dapat songsong kembali kejayaan umat Islam di atas manhaj salafush sholih.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Penulis: Ummu Nabiilah Siwi Nur Danayanti
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar

Referensi:
Abdul Azis bin Nashir Al Jalil, Panduan Akhlaq Salaf (Terjemahan dari Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf), At Tibyan, Solo.
Abu Anisah bin Luqman al Atsari, Tugas Mulia Seorang Ibu, Majalah Al Furqon edisi 12 tahun VIII.
Abu Maryam Fathi Sayyid, Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah (Terjemahan dari Shafahat Musriqah min Sirah al ‘Alimat al Muslimat), Samodra Ilmu, Yogyakarta.
Abul Qa’qa’ Muhammad bin Shalih Alu ‘Abdillah, 102 Kiat Agar Semangat Belajar Agama Membara (Terjemahan dari Kaifa Tatahammas fi Thalabil ‘Ilmi Syar’i Aktsar min 100 Thariqatan lit Tahammus li Thalabil ‘Ilmi Syar’i), Elba, Surabaya.
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi, 10 Faidah Seputar Dunia Wanita, Majalah Al Furqon edisi 11 tahun VII.
Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf, Wanita-wanita Pengukir Sejarah Islamiah, Majalah Al Furqon edisi 12 tahun VI.
Sufyan bin Fuad Baswedan, Ibunda Para Ulama, Wafa Press, Klaten.

***

(muslimah.or.id)

Judul Blog Anda is proudly powered by Pusat Cara | Modif by Junay Sugiyanto™