KRISTENISASI
nama dan meridhainya dalam Al-Qur’anul Karim: “Sesungguhnya agama (yang
diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” (Qs Ali Imran 19). “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kalitidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirattermasuk orang-orang yang rugi” (Qs Ali Imran 85). [a ahmad hizbullah] Ternyata Yesus Bukan Orang KristenMengenai teka-teki agama yang dianut Yesus, Pendeta Budi Asali M.Div.masih mau mengakui bahwa Yesus memang tidak beragama Kristen, melainkanberagama Yahudi. “Sebagai manusia, Yesus beragama Yahudi, danini terlihat dari fakta dalam Alkitab bahwa ia memang menjalani semuaupacara dan hukum-hukum Yahudi, seperti disunat, merayakan PaskahPerjanjian Lama, merayakan hari-hari raya Yahudi, berbakti di BaitAllah/sinagog, dsb.” (hlm. 26). Tetapi, jawaban ini justrumenimbulkan pertanyaan baru yang pelik. Jika Yesus beragama Yahudi,kenapa para paus, pastur, pendeta, penginjil dan orang awam lainnyayang mengaku sebagai pengikut Yesus itu beragama Kristen, baik Katolikmaupun Protestan? Kenapa mereka tidak beragama Yahudi seperti Yesusyang mereka teladani? Karena dalam praktiknya, doktrin agamaKristen yang ada saat ini sudah menyimpang dari ajaran agama yangdianut oleh Yesus. Michael H. Hart dalam penelitiannya menyebut Paulussebagai aktor utama dalam penghancuran ajaran Yesus dan terbentuknyaajaran Kristen beserta doktrin-doktrinnya: “Paul, more thanany other man, was responsible for the transformation of Christianityfrom a Jewish sect into a world religion. His central ideas of thedivinity of Christ and of justification by faith alone have remainedbasic Christian thought throughout all the intervening centuries. Allsubsequent Christian theologians, including Augustine, Aquinas, Luther,and Calvin, have been profoundly influenced by his writings. Indeed,the influence of Paul’s ideas has been so great that some scholars haveclaimed that her, rather than Jesus, should be regarded as theprincipal founder of the Christian Religion” (Michael H. Hart, The 100,a Ranking of the Most Influential Persons in History, p. 34-35) (Paulus, lebih dari orang-orang lainnya, bertanggung jawab terhadapperalihan (transformasi) Agama Kristen dari sekte Yahudi menjadi agamabesar dunia. Ide sentralnya tentang keilahian Yesus dan pengakuanberdasar kepercayaan semata tetap merupakan dasar pemikiran Kristensepanjang abad-abad berikutnya. Belakangan semua teologKristen, termasuk Agustine, Aquinas, Luther dan Calvin, semuanyaterpengaruh oleh tulisan-tulisan Paulus. Sampai-sampai banyak sarjanamengklaim bahwa Pauluslah yang menjadi pendiri agama Kristen, danbukannya Yesus). Kenyataan ini pula yang merangsang ClaytonSullivan, seorang profesor dan pendeta Gereja Baptis dari Mississippiuntuk membersihkan ajaran Yesus dari orang Kristen. Pemikiran itudituangkannya dalam buku Rescuing Jesus from Christians (MenyelamatkanYesus dari Orang Kristen) yang diterbitkan oleh Trinity PressInternational (2002). Tak hanya itu, doktrin penebusan dosamanusia oleh kematian Yesus di tiang salib pun digugat oleh rohaniawanKristen sendiri. Uskup John Shelby Spong dalam buku Why ChristianityMust Change or Die menyerukan untuk mencabut doktrin Yesus Juruselamat:“So we must free Jesus from the rescuer role.. Jesus portrayed in thecreedal statement ‘as one who, for us and for our salvation, came downfrom heaven’ simply no longer communicates to our world. Those conceptsmust be uprooted and dismissed” (p. 99). (Oleh karena itu kitaharus membebaskan Yesus dari kedudukannya sebagai Juruselamat... Yesusyang digambarkan di dalam pernyataan keimanan sebagai seseorang yangdemi kita dan demi keselamatan kita, turun dari surga, sudah tidakcocok untuk alam kita sekarang ini. Ajaran ini harus dicabut dandisingkirkan).
Walhasil, para pendeta dan penginjil aktivis pemurtadan itu harus
berpikir seribu kali sebelum mengkristenkan umat Islam. Karena Kristen yang mereka perjuangkan itu bukanlah agama Yesus. Sebabjika misi itu bertentangan dengan ajaran Yesus, maka di sorga kelakmereka pasti dihardik Yesus: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlahdari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
--------------------------------------------
Menjawab Fitnah “Islam menyembah Ka’bah”
Ka’bah adalah sebuah rumah, bukan sesembahan apalagi tuhan. Shalat menghadap ka’bah tidak sama dengan menyembah ka’bah.
Di dalam Al-Quran Al-Karim, secara tegas Allah SWT menetapkan bahwa ka’bah adalah rumah yang pertama didirikan di muka bumi untuk menyembah Allah SWT disitu. Kemudian manusia di seluruh dunia bila hendak menyembah Allah SWT dengan cara sholat diwajibkan menghadapkan diri mereka ke arah ka’bah itu.
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS. Ali Imran : 96)
Dan dari mana saja kamu , maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. (QS. Al-Baqarah : 150)
Sejarah ka’bah
Sejarah ka’bah adalah sejarah sebelum peradaban manusia ini diciptakan Allah SWT dan sebelum mereka turun ke bumi. Adalah para malaikat yang diperintahkan Allah SWT untuk turun ke bumi dan mendirikan ka’bah lalu mereka diperintahkan untuk bertawaf di sekelilingnya.
Hingga datang masa penciptaan Nabi Adam dan singkat cerita beliau diturunkan ke bumi di wilayah yang sekarang bernama India. Selanjutnya beliau berjalan mencari istrinya Hawwa dan ternyata di sekitar rumah Allah inilah beliau bertemu dan kemudian tinggal lalu beranak pinak. Rumah Allah (ka’bah) ini menjadi tempat untuk beribadah kepada-Nya sepanjang masa, baik masa Nabi Nuh, Ibrahim atau nabi-nabi lainnya.
Arab Jahiliyah Pun Tidak Menyembah Ka’bah
Sejak zaman Nabi Adam as manusia tahu bahwa ka’bah bukanlah berhala yang disembah. Bahkan hingga masa kehidupan bangsa Quraisy yang terkenal sebagai penyembah berhala dan telah meletakkan tidak kurang dari 360 berhala di seputar ka’bah, mereka pun tidak terpikir untuk menyembah ka’bah.
Bahkan orang arab di masa itu sering membuat tuhan dari makanan seperti roti, kurma dan apapun yang menurut khayal mereka bisa dianggap menjadi tuhan. Tapi tidak dengan ka’bah, karena dalam keyakinan mereka ka’bah memang bukan tuhan atau berhala.
Mereka hanya melakukan ibadah dan tawaf di sekelilingnya. Ka’bah bagi para penyembah berhala itu bukanlah berhala yang disembah, ka’bah bagi mereka adalah rumah Allah SWT untuk melaksanakan ibadah.
Bukti Lain
Hal itu bisa menjadi lebih jelas ketika raja Abrahah dari Habasyah menyerbu ka’bah dengan tentara bergajah. Orang-orang Quraisy saat itu tidak merasa takut ka’bah mereka akan hilang, karena dalam diri mereka ada keyakinan bahwa ka’bah itu bukan tuhan, tapi ka’bah adalah rumah Allah, tentu saja Sang Pemilik yang akan menjaganya. Abdul Muttalib justru sibuk mengurus kambing-kambing miliknya yang dirampas sang raja. Sedangkan masalah ka’bah, beliau yakin sekali pasti ada Yang Menjaganya.
Di dalam Al-Quran Al-Karim, peristiwa itu diabadikan dalam sebuah surat pendek : Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah ? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?, dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan . (QS. Al-Fiil : 1-5)
Niat Jelek Orientalis Plus Keawaman Umat Islam
Jadi hanya kalangan orientalis barat yang bodoh dan kurang bacaan saja yang dengan pandirnya menafsirkan bahwa orang arab jahiliyah dulu menyembah ka’bah. Sungguh sebuah analisa yang menelanjangi kedangkalan ilmu mereka dan justru menjelaskan bagaimana ketelatan-berpikir mereka atas kajian yang mereka tulis.
Apalagi bila sampai kepada kesimpulan bahwa orang Islam menyembah ka’bah. Wah, sungguh betul-betul nampak jelas betapa terkucilnya mereka dari dunia ilmu pengetahuan dan sejarah. Kita hanya bisa bilang kepada mereka “kasihaaan deh”.
-----------------------------------------------
Menjawab Fitnah “Rasululullah menyamakan kaum wanita dengan keledai dan anjing?”
16 Apr
By : phoenix menjawab
“Keledai, kaum wanita, dan anjing, dapat membatalkan shalat.” (Kitab Sunan At-Tirmidzi dan Kitab Shahih Al-jami’:8128). Pada hadist ini mereka menuding Rasulullah SAW telah menyamakan kaum wanita dengan keledai dan anjing.
Ketika hadist ini sampai ke telinga Aisyah, ia berkata:“Kalian telah menyamakan kami (kaum wanita) dengan anjing. Ketahuilah bahwa Nabi pernah melakukan shalat padahal aku sedang berbaring di tempat tidur dan berada di antara beliau dan kiblat (dihadapan Nabi). Lalu ketika aku pergi untuk suatu kebutuhan, dan aku tak ingin berhadapan dengan beliau, maka aku mundur secara perlahan.”(HR. Al-Bukhari).
Pada riwayat lain yang disampaikan oleh Imam Al-Bukhari dari Aisyah menyebutkan: “Apakah kalian menyamakan kami dengan anjing dan keledai? Keahuilah bahwa aku pernah berbaring ditempat tidur tatkala Nabi datang dan melakukan shalat di tengah-tengah tempat tidur (menghadapAisyah yang brbaring), maka aku tidak senang jika harus berhadapan (usanniha) dengnan beliau yang sedang shalat, maka aku mundur secara perlahan (ansalla) menuju bagian ujung tempat tidur hingga aku dapat keluar dari selimutku.”
Kata “usanniha” artinya terlihat didepannya. Al-Khitabi mengatakan: kata ini berasal dari ungkapan “sanaha lii asy-syai’u” yang artinya; ia menawarka sesuatu kepadaku dan aku menerimanya. Sedangkan kata ansalla artinya adalah keluar dengan tenang dan pelan-pelan.
Ibnu Rasyid mengatakan: ungkapan yang dimaksud oleh Imam Al-Bukhari adalah: kekhusyu’an orang yang sedang shalat dapat lebih terganggu apabila ada seorang anita yang berada dihadapannya dalam keadaan apapun, dibandingkan jika seorang wanita berada dihadapannya adalah seorang pria. Walaupun demikian, nabi sama sekali tidak terganggu shalatnya, karena beliau tidak dapat terganggu kekhusu’annya dengan keberadaan Aisyah. Oleh karena itu, jika seorang muslim melaksanakan shalat dan tidaka akan terganggu kekhusyu’annya, maka itu boleh-boleh saja, apalagi jika yang ada dihadapanya itu adalah seorang pria.
Adapun mengenai keledai, Ibnu Abbas pernah menyampaikan: “Aku tiba di Mina dengan mengendarai keledai betina, dan ketika waktu itu usiaku hampir mencapai akhil baliq (naahaztu al-ihtilaam). Pada saat itu aku tiba di Mina & Nabi sedang memimipin shalat tanpa pembatas tembok dihadapannya. Lalu aku berlalu dihadapan beberapa shaf kaum muslimin, dan segera melepas keledaiku untuk makan. Setelah itu aku masuk kedalam shaf tanpa ada seorangpun yang menyanggahku. (HR. Al-Bukhari)
Ibnu Daqiq mengatakan:”Ibnu Abbas menggunakan kalimat tidak ada yang menyanggahnya” sebagai dalil pembolehannya,dan bukan menggunakan kalimat ‘tidak ada yang mengulang shalatnya’, karena dengan menggunakan kalimat yang pertama dapat memberikan lebih banyak pengertian”. Yakni, kalimat ‘tidak ada yang mengulang shalatnya’ hanya menunjukkan bahwa shalat mereka tetap sah saja, dan tidak menunjukkan pembolehan berlalu di hadapan mereka yang sedang shalat, sedangkan kalimat ‘tidak ada yang menyanggahnya’ menunjukkan bahwa i tidak di larang untuk berlalu di hadapan mereka dan shalat mereka tetap sah.
Para ulama menggunakan atsar ini sebagai dalil bahwasanya apabila seekor keledai berlalu dihadapan seseorang yang sedang shalat, maka shalatnya tetap sah dan tidak batal.
Beberapa ulama (termasuk diantaranya Ath-Thawawi) mengatakan: Atsar yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Aisyah telah menasakh (menhapuskan hukum) hadist di atas, yang disampaikan oleh penuding.
Sedangkan Imam Syafi’i dan ulama lainnya lebih condong untuk menfasirkan kata yaqtha’ pada hadist di atas dengan makna mengurangi kekhusyu’an, bukan membatalkan shalat. Pendapat ini diperkuat oleh pertanyaan yang diajukan oleh sahabat Nabi yang meriwayatkan hadist dengan makna yang sama, ia menanyakan apa dibalik warna hitam pada anjing, lalu dijawab oleh Nabi bahwa anjing yang berwarna hitam adalah Setan. Riwayat yang dimaksud adalah sabda Nabi:“Apabila kalian shalat, maka kalian dapat terjaga jika dihadapannya terhalangi oleh sesuatu (dengan tembok atau pohon). Namun jika tidak ada sesuatu yang menghalanginya, maka kekhusyuannya dapat terganggu oleh keledai, wanita ataupun anjing yang berwarna hitam.” (Kitab Shahih Al-Jami’:719)
seperti diketahui jika setan berlalu dihadapan seseorang yang sedang shalat, maka shalat orang tersebut tetap sah dan tidak batal, sebagaimana sabda Nabi: “Apabila panggilan shalat dikumandangkan, maka setan akan berlari hingga keluar angin dari bokongnya, agar ia tidak mendengar azan itu. Lalu apabila panggilan itu telah selesai, maka ia akan kembali lagi, sehingga dikumandangkan iqamat, ia pergi lagi sampai iqmat itu selesai. Setelah iqamat itu selesai dikumandangkan, ia kembali untuk membisiki orang yang sedang shalat agar hatinya sulit untuk berkhusyu, ia akan mengatakan:ingatlah ini, ingatlah itu…dengan segala sesuatu yang tidak diingatnya ketika orang itu diluar shalatnya. Stan akan terus mengganggunya, hingga orang tersebut terlupa berapah raka’at yang telah ia kerjakan.” (kitab Shahih Al-Jami’:817)
Imam Ahmad mengatakan: “Shalat seseorang dapat menjadi tidak sah dengan berlalunya seekor anjing yang berwarna hitam, sedangkan wanita dan keledai dapat mengganggu kekhusyuannya.” lalu Ibnu Daqiq Al-Id dan Ulama lain menjelaskan pengertiannya, ia mengatakan: tidak ada riwayat yang bertentangan dengan penyebutan anjing yang berwarna hitam. Sedangkan untuk keledai terdapat atsar yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, sedangkan untuk kaum wanita terdapat atsar yang diriwayatkan dari Aisyah.
Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar