Pages

Selasa, 09 Agustus 2011

------SAMIRI, sebuah anakronisme kah?------

------SAMIRI, sebuah anakronisme kah?-------

oleh Ria Olive Regina pada 24 April 2011 jam 5:28
SAMIRI, sebuah anakronisme kah?

Maret 19, 2007 @ 2:22 pm › islamiyah
↓ Skip to comments

Diterjemahkan dari www.islamic-awareness.org

Dia menulis

Orang Samaria dijaman Musa
QS 20 : 87, 94 menyebutkan orang Samiri (Samaritan) yang membuat patung anak lembu pada jaman Musa. Padahal kaum Samiri (Samaritan) baru muncul sekitar 600 tahun kemudian setelah kerajaan Israel terpecah 2 sekitar 931 SM menjadi Yehuda di selatan dan Israel di Utara. Oleh raja Omri dari Israel Utara sekitar tahun 879 SM dibangunlah ibu kota baru yaitu kota Samaria yang kemudian memunculkan sebutan orang-orang Samaria.

Tidak mungkin kesalahan ini terjadi kalau bukan karena menjiplak dari sumber yg sudah salah

Jawaban:

“Samaritan” dan Anakronisme Al-Qur’an.

oleh

`Abdurrahman Robert Squires, Elias Karim, M S M Saifullah & Muhammad Ghoniem.

Assalamu-`alaykum wa rahamatullahi wa barakatuhu:

1. Kata Pengantar:
Paper ini bermaksud untuk menguji asal-usul orang Samaritan seperti yang dimaksud oleh Missionaris Kristen. Kami akan mencakup/menempuh pemakaian istilah “Samaritan” dan “Samaria” sebagaimana pendapat cendikiawan-cendikiawan Judaeo-Kristen dari sudut pandang penyelidikan sejarah paling anyar. Akhirnya kami akan menentukan apakah al-Qur’an salah atau tidak dalam kasus ini-Insha’Allah

2.Kesalahan terma “Samaritan”

Missionaris Kristen mengklaim bahwa Qur’an berisi kisah sejarah yang tidak masuk akal pada penyebutan “al-Samiri” yang kadang ditafsir sebagai “Samaritan”(Qur’an 20:85,87 dan 95), mereka menegaskan bahwa:

Al-Qur’an mengatakan bahwa penyembahan terhadap sapi di gunung Horeb dicetak/dibuat oleh Samaritan (Sura 20:85-87,95-97). Padahal “Samaritan” belum ada sampai pada 722 SM, yang berarti beberapa ratus tahun setelah peristiwa tersebut dicatat di kitab keluaran (Exodus). Jadi orang Samaritan belum ada selama hidup Musa, oleh karena itu, mustahil mereka bertanggung jawab atas pembuatan patung sapi.

Lebih lanjut

Bagaimana mungkin seorang Samaritan menyesatkan orang Israil pada masa Musa [sekitar 1400 SM] yang padahal kota Samaria baru di bangun oleh Raja Omri sekitar 870 SM (Lihat I Raja-Raja 16:24)? Tapi “orang Samaritan” sebagai bangsa berbeda (dari Israil) baru terjadi setelah masa pembuangan Kerajaan utara Israil dan transmigrasi ke daerah-daerah di bawah raja Sargon II setelah 722 SM dengan bangsa non-Israil kemudian terjadilah sinkretisme (percampuran aliran) antara agama Yahudi dan latar belakang Politeisme. Oleh sebab itu ini adalah suatu kisah yang mustahil dari sudut sejarah bahwa Samaritan menyesatkan Israil kedalam kemusrykan dalam masa Musa.
Klaiman-klaiman mengenai ini telah diulang-ulang oleh banyak Missionaris Kristen, seperti Anish Shorrosh,dan dia mengatakan:

Al-Qur’an mengatakan penyembahan anak sapi oleh Israil di hutan belantara dicetak oleh seorang Samarit…pada kenyataannya, istilah Samarit tidak pernah ada sampai 722 SM, ratusan tahun setelah peristiwa tersebut tercatat dalam kitab Keluaran [Exodus].Ergun Mehmet

Caner and Emir Fethi Caner,rupanya mengutip perkataan Shorrosh:

Al-Qur’an mengatakan penyembahan sapi emas oleh Israil di gunung Horeb hasil cetakan seorang Samarit. Istilah Samarit tidak pernah ada sampai 722 SM, ratusan tahun setelah kitab Keluaran (Exodus).

Gleason Archer pada bagian “Anakronisme (penempatan kejadian pada waktu yang salah) dan kesalahan sejarah dalam Qur’an” menemukan kesulitan pada penjelasan yang diajukan Yusuh Ali kata” al-Samairi” dalam Qur’an katanya:

Yusuf Ali mengatakan bahwa Samariyyu mungkin nama julukan bangsa Mesir yang berarti orang asing atau pendatang, atau istilah Ibrani yang berarti Shommer (penjaga)- usaha berani untuk membantah tuduhan atas anakronisme. Samaritan tidak pernah menjadi suatu bangsa sampai setelah abad ke-6 SM , maka dari itu tidak mungkin ada Samaritan sekitar awal 1445 SM.

Semua klaiman ini dapat dengan mudah dilacak kebelakang, baik secara langsung dan tidak langsung, hanya kepada Tisdall: sumber asli dari para kaum Kristen untuk “menentang” Qur’an, dia berkata:

Karena kota Samaria belum dibangun, atau setidaknya dipanggil dengan nama itu, namun baru beberapa ratus tahun setelah kemangkatan Musa, anakronisme setidaknya cukup menghibur, dan cuma sebagai burung kecil dalam buku-buku lain daripada Qur’an.

Menarik bahwa Tisdall menyamakan Samaritan dengan kemunculan kota Samaria untuk menegaskan perihal anakronisme. Pada artikel ini, kami akan menguji apakah cendikiawan judeao-Christian bersama-sama menanggung pandangan ini mengenai asal-usul Samaritan atas klaiman yang dikemukan oleh para Misionaris Kristen.

3.Pandangan klasik atas asal-usul Samaritan

Bahasa Ibrani untuk Shomronim atau Shomeronim diterjemahkan sebagai “Samaritan” di tekankan dalam teks Ibrani, seperti di bawah ini. Contoh ini di ambil dari kitab II Raja-raja 17:29:

Tetapi setiap bangsa itu telah membuat allahnya sendiri dan menempatkan kuil di atas bukit-bukti pengorbanan, yang di buat oleh orang-orang Samaria; setiap bangsa bangsa bertindak demikian…. (II Raja-Raja 17:29)

Lalu apakah Samaritan? Pandangan tradisional atas asal-usul orang-orang Samarit didasari pada II Raja 17. Penggambaran Nelson dalam kamus Biblikal memberitakan kepada kita bahwa orang Samarit adalah bangsa campuran, sebagai penduduk asli atau pemukim kota Samaria, wilayah terpisah dari pusat Palestina. Mereka dipandang sangat hina karena karena berdarah campuran atau setengah Israil:

Dikarenakan kawin campur dengan orang asing, orang Samarit dijauhi oleh Yahudi ortodok. Terletak antara Galilea dan Yudea, kota Samaria adalah rute dasar untuk perjalanan menuju dua propinsi tersebut. Tapi orang yahudi berdarah murni tidak sudi berinteraksi dengan orang-orang Samarit (Yoh 4:9) mereka akan berjalan lewat jalur timur untuk menghindari Samaria.

Bahkan ahli sejarah Josephus menunjujukan perasaan jijik terhadap mereka:

Sejarawan Josephus menyatakan bahwa orang-orang Samarit adalah komunitas opurtunis. Disaat kaum Yahudi makmur, orang-orang Samarit dengan cepat menyadari hubungan darah mereka. Namun disaat kaum Yahudi ditimpa paceklik, orang Samaritan memungkiri hubungan darah mereka, dan menyatakan bahwa mereka adalah keturunan imigran dari Assyria.

Menurut Ensyclopedia Britanica populasi orang Samarit masa kini hanya tinggal 500 dan hampir punah:

Samarit, keluarga dari kaum Yahudi, sekarang ini hampir punah, menyatakan berhubungan darah dengan nenek moyang yahudi-yahudi itu. Samaria tidak dideportasi oleh penakluk-penakluk dari Assyria atas kerajaan Israil pada 722 SM. Orang-orang Samarit menamakan diri mereka Bene-Yisrail (anak-anak Israil), atau Shamerim (orang-orang taat) untuk satu-satunya norma atas ketaatan mereka pada agama dalam Pentatukh (5 buku awal dari Perjanjian Lama). Kaum Yahudi hanya memanggil mereka Shomronim (penghuni kota Samaria), didalam Talmud ( ikhtisar rabinikal atas hukum,adat,dan penjelasan), Samarit juga dinamai Kutim, dikarenakan mereka lebih menjadi keturunan kutea Mesopotamia, yang bermukim di Samaria setelah penaklukan Assyria.

Kaum Yahudi yang kembali kekampung halamannya setelah pengasingan Babylonia tidak pernah menerima bantuan dari para penduduk setempat yang akhirnya diidentifikasi sebagai orang-orang Samaria, didalam bangunan kuil kedua Yerusalam. Karenanya, diabad ke-4 SM, orang-orang Samaria membangun kuilnya sendiri di Nabulus (Shechem), dikaki gunung Gerizim sekitar 25 mil (40 km) sebelah utara Yerusalam. Pandangan hina orang Yahudi atas Samaria mendasari riayawat parabel (ibarat) terkenal dengan seorang Samarit yang baik dan beriman (Lukas 10:25-37)

Sekitar tahun 1970 an populasi mereka hanya sekitar 500; mereka rata menyebar antara Nabulus, yang juga kediaman pendeta tinggi, dan kota Holon, dimana Sinagoga dipelihara, sebelah utara Tel Aviv-Yavo. Mereka tinggal dalam kedaan setengah terisolasi, kawin hanya dengan sesamanya. Mereka beribadah secara Ibrani dan mengadopsi bahasa Arab sebagai bahasa daerah setelah penaklukan Muslim 636 M.

4. Samaritan atau Samaria?

Ensyclopedia Judaica ( satu dari sumber terbesar dan terkenal atas Yudaisme) menyediakan beberapa informasi menarik mengenai nama “Samarit”:

Petunjuk kecil didapatkan dari nama Samaritan. Alkitab menggunakan nama Shomronim sekali, dalam II Raja-raja17:29, tapi mungkin ini berarti Samaria dari pada Samaritan. Orang-orang Samaritan samasekali tidak menggunakan nama itu. Mereka malah selalu menamakan diri mereka Shamerim .”penjaga” atau “pemerhati” atas kebenaran =al hamet,kedua-duanya baik bentuk panjang dan pendek secara konstan digunakan dalam tarikh (penulisan sejarah) mereka. Mereka memakai nama Shomronim bermaksud sebagai penghuni kota Samaria yang di bangun oleh Omri (I raja2x 16:24), yang kemungkinan asal dari kata Shomronim ditemukan.

….Samarit menunjuk kepada kehidupan mereka ‘Shamerim’, ”orang taat” dari pada ‘shomronim’ i.e., SEBAGAI ,’penghuni dari kota Samaria’.
Lebih lanjut, penerjemah kamus biblikal menegaskan:

Dalam bukunya “The Samaritans: The Earliest Jewish Sect”,J.A.Montgomery menegaskan bahwa bangsa Samarit:

…menamakan diri mereka,Samerim, yang mereka interpretasikan sebagai “pemerhati/pengamat”

Jadi penggunaan istilah “Samaria(Samarians)” dalam II Raja-raja 17 sama sekali tidak menjelaskan asal usul orang-orang Samarit (Samaritans)

5. Apa kata orang-orang Samaritan mengenai asal-usul mereka sendiri?

Ensyclopedia Judaica ( “Samaritans”) menyatakan bahwa sampai pada pertengahan abad 20 secara luas dipercaya bahwa asal-usul orang Samaritan dari bangsa ras campuran yang bermukim di Samaria pada zaman penaklukan Assyria (722 SM). Dalam tahun-tahun terakhir, penelitian baru didasari studi atas tarikh dari orang-orang Samarit membawa ke pada re-evaluasi atas asal-usul mereka:

“Sampai pada pertengahan abad ke-20 adalah kepercayaan umum bahwa Samaritan berasal dari bangsa campuran yang mendiami Samaria dan bangsa-bangsa lain pada masa penaklukan Samaria oleh Assyria (722 SM). Riawayat Biblikal didalam II Kings 17 telah menjadi sumber yang menyesatkan dalam perumusan sejarah mengenai asal-usul Samarit (Samaritan). Pertimbangan kembali mengenai ayat ini, bagaimaanpun juga, telah melahirkan perhatian kepada tarikh Samaritan. Dengan penerbitan Tawarikh II (Sefer ha-Yamin), versi lengkap mengenai sejarah Samaritan

Samaritan adalah keturunan langsung dari suku Yusuf, Ephraim dan Manasseh, dan sampai abad ke-17 C.E mereka memiliki darah keturunan pendeta tinggi langsung kepada Harun (Aroon) melalui Eleazar dan Phinehas.

Jika orang-orang Samarit/Samaritan di telusuri asal-usulnya dari zaman keturunan Yusuf , maka mereka jelas sudah ada pada zaman Musa. Lebih lanjut, hingga saat ini kaum Samaritan masih mengakui bahwa diri mereka adalah keturunan bani Yusuf .

6.Asal-usul orang Samaritan – Sebuah analisa dari sudut pandang kaum Yahudi dan komunitas Samaritan.

Analisa dari sudur pandang Yahudi dan Samaritan berkenaan asal usul Samaritan, dari penafsir Alkitab (berkenaan asal-usul Samaritan), di tulis di bawah ini:

Sudit pandang dari orang Yahudi, mereka mengidentifikasikan orang Samaritan sebagai anak keturunan dari para penjajah yang mana, Shalmaneser, Raja Assyria, di percaya telah membawa mereka dari Kuta [Cutha], Babylonia, dan bagian lain setelah dia menaklukkan Samaria pada abad 722 SM. Dan mengembalikan penduduk asli ( II Raja-raja 17). Para penjajah ini, kemudian, di tambah-tambahi oleh pihak lain, yang kemudian dikenal sebagai pengganti Shalmanaser, Esarhaddon dan Ashurbanipal, alias “Osnappar” (Ezra 4:2,10). Apapun pengetahuan Yudaisme yang mereka miliki, ditolak sebagai pengetahuan yang dangkal. Penghuni pertama, yang membawa kisah ini, di serang oleh penyerangan para singa. Oleh sebab itu mereka meminta kepada pihak yang berwenang untuk memulangkan satu pendeta Yahweh, agar mereka dapat belajar darinya cara yang layak dari tradisi penyembahan/kepercayaan setempat. Hasilnya, walaupun begitu, merupakan sinkretisme yang aneh sekali; Yahwisme tidak terimplementasi secara benar, kecuali hanya menyentuh pada masalah dunia, di banding pada masalah esensi dan untuk mengikis penyembahan berhala yang mengakar. Karena alasan inilah, secara faktual, orang-orang Samaria menghalangi usaha-usaha Ezra dan Nehemia untuk membangun ulang dan mendirikan kembali tabut Yahweh [Ezra 4:2 ff; Neh 2:19; 4:2 ff]

Searah dengan pandangan ini, Yahudi menggelari orang-orang Samaritan dengan gelar “orang yang berasal dari Kuta”,. Derajat mereka diatas kaum Non Israil [Gentiles], tapi tetap bukan termasuk bani Israil.

Sudut pandang dari orang Samaritan. Orang Samaritan, membantah kisah ini sebagai omong kosong para Yahudi busuk. Pembuangan pada masa 722 SM, bukan keseluruhan pula bukan akhir; pengasingan tersebut, pada faktanya, di pulangkan setelah 50 tahun! Mereka adalah keturunan pribumi Israil, seperti yang mereka klaim. Menurut versi mereka, pelanggaran/penerobosan Yudea kembali pada masa Eli, yang mengambil untuknya kemudian merubah/memindahkan altar[sanctuary] Yahweh ke Shiloh [silo], di mana “umat pilihan Tuhan” di tulis dalam Hukum Musa adalah di gunung Gerizim. Kekejian ini kemudian di perkuat oleh “Ezra yang terkutuk,” yang memalsukan teks suci dan dengan cara membujuk orang-orang, yang pulang dari pembuangan Babylonia, untuk mendirikan kuil kedua di samping ibu kota Yudea. Memang, penjajah penyembah berhala di perkenalkan sebagai Assyria Monarki; tapi ini tidak harus di bingungkan dengan pribumi aseli Israil.

Dan orang Samaritan lebih menyukai memanggil diri mereka menurut gaya hidup mereka yaitu ‘Shamerim’ i.e., ‘pemerhati [lih-observant]’-daripada ‘Shomeronim’ i.e., “pemukim kota Samaria.”

Maha Benar Allah Dengan Segala Yang di FirmankanNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar